√Agent of Change : Menerapkan Kejujuran Sejak Dini

Agent of Change : Menerapkan Kejujuran Sejak Dini

Masih teringat jaman ketua KPK nya Pak Abraham Samad. Ikut menjadi peserta seminar bertemakan anti korupsi. Booklet KPK, gantungan kunci dan sertifikat sebagai bukti pernah mengikuti seminar dan sebagai apresiasi atas kehadiran. Kalau tidak salah tahun 2009 pas masih kerja ikut Alm. Bu Lilik pemilik Lembaga Pendidikan Ketrampilan di Pati. Seminar yang kedua pun sama, tema dan acara dalam rangka mengajak seluruh bagian masyarakat untuk memberantas korupsi. Konon, sekarang koruptor lebih marak. Yang hidup di negeri nyata bukan negeri dongeng. 


Saya rasa bukan hanya saja aku yang menginginkan negaranya baik. Bahkan setiap orang sudah pasti butuh kedamaian yang tak berdampak merugikan bagi semua orang. Indonesia yang katanya negara kaya raya dengan hasil alam, nyatanya sekarang kebalikan. Perlahan harta pewaris nenek moyang dijual dengan embel-embel investasi. Aneka siasat dilakukan demi memanipulasi regulasi. Ah, berasa tidak percaya dengan pemangku jabatan sekarang. Wajar nggak sih jika sebagai rakyat awan menilai seperti ini ?


Seakan pandemi menjadi pengingat diri untuk semua kaum. Kelihatan banget kan karakter bangsa kita seperti apa. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Selalu benar deh, lirik lagu bang haji Rhoma Irama. Mencoba scroll di internet kok ya, berita online korupsi masih banyak. Jadi teringat apa yang pernah disampaikan pak Abraham Samad,setiap hari emailmasuk yang dikeluhkan masyarakat adalah KDRT. Hlo?, Kok . Ada juga yang masalah korupsi sih. Apa pertanda masyarakat negara +62 ini ruwet ya ?

Beberapa pertanyaan ini sekaligus menjadi reminder bagi diri ini. Seberapa jauh peran kita membantu negara memberantas korupsi. Sebagai ibu rumah tangga tentu punya harapan besar dalam keluarga, yang nantinya akan memberikan dampak ke negara. Hal kecil yang ditanamkan orangtua dan menjadi hal utama yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang, yaitu menanamkan kejujuran sejak dini. Hal ini pula yang saya dapat dari seminar anti korupsi. Jujur dalam hal apapun, bahkan dalam mengerjakan ulangan disekolah harus jujur dalam menjawab. Tidak boleh menyontek teman, dan harus diupayakan sendiri dengan tekun belajar. 

Masih teringat jelas kelakuan teman SD yang setiap kali ulangan selalu mengeluarkan trik untuk me dapatkan jawaban dengan mudah. Padahal duduknya di bangku depan,tetap saja dia ahli soal menyontek. Terutama untuk pilihan ganda, usai pak guru membacakan soal temanku selalu melihat gerak teman yang seketika langsung ditulis dikertas, temanku juga ikut. Sebagai tanda gerakan bahwa itu jawabannya A. Kalau pak guru mengajarkan sih, usai menyebutkan semua jawaban A sampai E baru ditulis dibuku, biar teman yang suka nyontek tidak tahu jawaban yang sebenarnya. Karena memang dia jarang belajar dan prestasinya selalu rendah.

Hal ini menjadi sorotan saya, bahwa pondasi yang ditanamkan dari rumah sangat berefek bagi perkembangan anak. Kepedulian orangtua mengecek dan mendampingi perkmbenagan belajar anak sangat utama, itulah salah satu alasan kenapa ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya?. Karena ibu adalah sumber peradaban pendidikan, bagaimanapun perannya seorang ibu haruslah pandai. Bukan mengunggulkan diri sendiri yang dari dulu nggak banget urusan menyontek. Entah, saya takut menyontek dan kalau ketahuan guru jadi malu. Lebih baik usaha sendiri dengan hasil apapun daripada me dapat nilai bagus tapi hasil menyontek. Hal kecil seperti ini ternyata masih membekas dalam otakku, dan menjadi ingatan yang tak mudah luntur dimakan usia walau kejadian ini sudah belasan tahun. 

Yang bagiku, sangat berdampak bagi kesejahteraan hidup individu. Jika mengkaitkan antara menyontek dengan kelayakan hidup mandiri teman-teman, hal ini ketara banget. Mana yang sekarang hidupnya harus bekerja mengeluarkan tenaga lebih dibandingkan dengan mereka yang sama-sama bekerja dengan durasi waktu sama tapi pekerjaan lebih ringan dan gaji lebih besar. Tentu Allah itu adil, memberikan rejeki yang lebih kepada mereka yang jujur dan usaha keras untuk menjemputnya.

Walaupun ada juga pejabat yang tetap kaya dengan hasil korupsi, tapi kalau saya takut dengan hukuman diakherat nanti. Bahwa semua yang kita punya kelak akan dimintai pertanggungjawaban sekecil apapun

Besar harapannya, Indonesia terlepas dari yang namnya korupsi. Bukan setiap tahun bertambah banyak kasus, seharusnya mereka yang faham dan cerdas soal tata kelola keuangan ikut membantu permasalahan hutang negara. Bukannya merugikan negara dan masyarakat kecil yang ikut andil membayar hutang . Mereka yang lebih faham regulasi, keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan rakyat awan seperti kami. Yang sebatas membaca berita tentang korupsi, sedangkan kenyataannya banyak berita hoax yang memanipulasi. Jika tak di ungkap para volunteer yang berani melawan, apa jadinya negeri ini. Yang ternyata sudah banyak para tokoh Indonesia memprediksi dijaman Millenial korupsi semakin membludak.


 

Harapannya dengan tulisan ini sekaligus mengajak para emak diseluruh Indonesia dan siapapun itu untuk memulai hal kecil dari rumah, menerapkan sikap jujur kepada anak sejak dini untuk hal apapun. Sebagai agent perubahan yang memulainya dari rumah, dan dari sendiri pula. Segala sesuatu yang dimulai dengan hal benar, hasilnya akan sepadan. Hasil yang bisa kita nikmati untuk kesejahteraan bersama. 

Windi Astuti
Fulltime mom yang suka menulis

Related Posts

Posting Komentar