√Menjadi Penulis Yang Tangguh

Menjadi Penulis Yang Tangguh

Penulis hebat Kirana kejora

Saat kudapati info menarik tentang perempuan dan menulis yang diadakan oleh komunitas ibu-ibu doyan nulis, sontak niat untuk mengikuti zoom bareng dengan mereka muncul. Jujur, saat ini sedang diambang kejenuhan menulis dan beralih menguatkan personal branding di  blogku.

Ada rasa penasaran akan acara yang terpampang jelas di flyer pada 29 Juni 2021. Dengan harapan ghiroh menulis saya muncul kembali untuk menelurkan buku lagi. Benar, insight luar biasa dari narasumber berimbas, membuat otak saya bergemuruh untuk melanjutkan semangat menjadi penulis pejuang yang tidak ambyar setelah lahiran buku. Disini, saya menulis kembali dari apa yang saya dengar sebagai sindiran positif, jadilah penulis yang tangguh hingga akhirnya menemukan pembacanya. 

Kejora Kirana

Semangat Menulis Kejora Kirana

Baru tahu ada sosok penulis tangguh yang sudah berkecimpung didunia kepenulisan selama 16 tahun. Kelihatan kan kalau saya tidak update urusan ini. Sebab itu salah satu caraku mengenal penulis senior ya sering ikutan talkshow atau webinar zoom yang semakin bertebaran di masa pandemi. 

Bahasa yang digunakan sangat tegas, penuh dengan sindiran yang membuat saya malu. Dalam hati, "orang ini kok blak-blakan ya". Mungkin cara penyampaiannya memang begitu. Walau saya menyimaknya sambil nyuci baju, merasa bersyukur saat itu bisa nyimak dari awal sampai akhir tanpa membuka fitur kamera di zoom. 

Perempuan  keren yang kerab disapa mbak "key" ini ternyata orang Surabaya. Sering menjadi narasumber kemana-mana menularkan semangat menulisnya agar kelak muncul penulis hebat yang melebihi beliau, katanya. Jarang-jarang, ada penulis yang legowo seperti mbak key.

Yang membuat saya lebih salut dengan beliau adalah tidak pernah mempersoalkan bayaran saat beliau diundang menjadi narasumber. "Hla wong buku kita dibedah saja wis Alhamdulillah, kok menanyakan bayaran saya berapa. Ya saya ketawa lah. Soal itu, suatu saat nanti akan muncul dengan sendirinya rate kita dibayar berapa. Intinya fokus saja dengan karya kita. Supaya kelak buku kita bermanfaat buat anak cucu". Kurang lebih begitulah jawaban santuynya. 

"Hla wong buku kita dibedah saja wis Alhamdulillah, kok menanyakan bayaran saya berapa. Ya saya ketawalah"

Benar kok ya, urusan rejeki sudah ada yang mengatur. Salut dengan penulis seperti mbak Key. Nampak tulus darinya dari setiap karya yang dihasilkan. Cerita menarik lainnya, beliau mengaku pernah menulis buku dengan rasa dendam. Alhasil, bukunya tidak laku dipasaran dan memang beliau juga meng-cut produksi bukunya meskipun buku tersebut sudah jadi. Masha Allah. 

Penulis kondang

Menulis, Bisa Mendekatkan Kita Pada Agama

Hatiku tertegun melihat perjuangan beliau menulis. Benar-benar memperhatikan ketulusan dalam menghasilkan buah karya. Nambah lagi, saat uraian kata keluar dari mulutnya.

" Saya akui, ilmu agama saya masih dangkal  alias cethek" .Tapi, benar-benar saya alami bahwa dengan menulis mendekatkan kita pada agama. Karena saya pernah mengalami hal magis yang terjadi dalam kehidupan saya", ujarnya.

Teman-teman tahu judul buku "air mata terakhir bunda"?. Salah satu contoh karya tulisan mbak key dari apa yang ditulis benar-benar terjadi dalam hidupnya. Seorang ibu yang menginginkan anaknya masuk di ITS dengan mudah tanpa tes dengan jurusan teknik informatika. dan ingin melihat anaknya wisuda digedung besar ITS empat tahun nanti. Mbk Key hanya berdoa. Saat mbak Key riset dan anaknya mau proses mendaftar kuliah, mbak key hanya mendoakan karena tidak bisa mendampingi prosesnya. Mbak key sedang proses shooting

Ternyata doa mbak Key dikabulkan, anaknya diterima kuliah di ITS tanpa tes seperti set tulisan mbak Key dibukunya. Dan yang bikin deg-degan, karena tokoh ibunya meninggal setelah naiknya wisuda mbak Key cuma bisa berdoa. Berikanlah yang terbaik untuk kehidupanku. Dan apa yang terjadi, Allah maha baik. Selalu mendengar doa hambanya yang ingin menulis untuk jalan kebaikan. 

Saya saja belum pernah mengalami akan hal ini. Pernah sih nulis puisi dan cerita yang memang saya khususkan untuk suami dan anak yang Alhamdulillah lolos hingga masuk percetakan dan terbit. Mungkin suatu saat nanti, hal ini akan saya terapkan dalam kehidupan. Mengingat dan harus selalu meluruskan niat agar menulis benar-benar dari hati. Tak semata ingin diakui masyarakat dengan maha karya kita, namun memberikan kemanfaatan untuk umat itu nomor satu. 

Setelah mendapatkan insight luarbiasa dari mbak key ini, berlanjut mbak Widiyanti Yuliandari selaku leader ibu-ibu doyan nulis yang memang gebrakannya saya akui sangat bagus. Saya saja sering belajar dan riset dari tulisan beliau diblog. Bahasa yang digunakan, alur tulisan dan sumber tulisan selalu diperhatikan oleh Bu ketu ini. Jujur, meski sedikit mengikuti serangkaian kegiatan menyemarakkan ulang tahun IIDN yang kesebelas ini, membuat saya jatuh hati ingin terjun bersama mereka dalam dunia menulis.

Bismillah, semoga kelak bisa disatukan dalam project nulis bareng bersama Bu ketu dan IIDN ya. Meski sejauh ini saya hanya member cupu yang pasif didalamnya. Insha Allah, masuk whislist untuk upaya menjaga konsistensi menulis deh. Bantu amiinkan ya, teman-teman.

Penulis produktif

Produktif Menulis Dengan Latar Belakang Penulis Yang Variant

Niat mulia dari mbak Wid ini saya acungi jempol. Meski berstatus PNS kecintaannya dalam dunia menulis menjadi bukti IIDN semakin dikenal lebih luas. Awalnya yang terpaksa karena dorongan suami untuk melampiaskan kekosongan waktu di daerah terpencil dan terdalam, Bondowoso. Membuat mbak Wid semakin mencintai dunia blogging dan menulis. 

Tahun pertama ketika diserahi amanah membangun IiDN masih terseok-seok dengan waktu yang saat itu mbak Wid juga sedang menempuh pendidikan S2 dan ditarget tiga tahun lulus dengan predikat cumloade. Tahun kedua, IIDN sudah menemukan jalan dan lebih mulus dari sebelumnya. Hingga sekarang ada 2000an member dari beraneka ragam jenis penulis, mbak Wid ingin perempuan yang tergabung didalamnya selalu produktif untuk berkarya. Tentunya dengan kenyamanan mereka masing-masing. Harus ada progress nampak dari yang sebelumnya hanya bisa nulis status berkembang menjadi penulis buku yang lebih baik. 

Ibaratnya, tidak nyampah tulisan yang membuat orang jenuh untuk membacanya. Kurang lebih begitu

Penulis Novel
Screenshot saat zoom webinar

Kompak : Sesama Penulis Yang Berharap Menjadi Ibu Yang Ngopeni Anak-Anaknya

Yaps, mbak Wid dan Mbak Key kompakan tentang merawat buku yang sudah terbit. Ibarat seorang ibu yang wajib menjaga amanah (anak) dengan baik. Susah payah menyiapkan produksi biar buku terbit dengan baik, setelah terbit buku dibiarkan. Bahwa promosi buku tak hanya ketika lahiran saja, melainkan seterusnya agar ada kebermanfaatan yang berkelanjutan. Untuk dua tahun, tiga tahun bahkan sampai pada generasi anak/cucu. 

Essensi menjadi penulis tak hanya itu. Ibarat buku adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan isinya. Sebab itu, ketika buku terjual laris dipasaran mencapai 10.000 eksemplar. Bisa dikatakan, buku tersebut best seller. 

Serunya lagi, IIDN sudah memberikan fasilitas yang lengkap. Dari varian member yang telah masuk kamu tinggal pilih. Tugasmu mau nulis saja, atau jualan buku saja atau malah keduanya. Tinggal nyamannya aja kita. Bahkan strategi yang dimainkan mbak Wid selaku ketua IIDN juga cantik. Luwes saja gitu, meskipun beliau concern di dunia menulis ternyata ilmu entrepreneur nya juga keren hlo. 

Tak heran, jika banyak yang minat menjalin kerjasama dengan komunitas IIDN. Sebab itu, sistem selektif pun ada. Termasuk kamu yang mau ikut daftar kelas menulis, harus ada proses screening dari mbak Wid. Mantab kan. 

Tetap jangan berkecil hati, setiap penulis akan menemukan pembaca dengan sendirinya. 

So, jadilah penulis yang terus berjuang untuk menemukan pembaca setianya. 

Related Posts

Posting Komentar