Sosialisasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bersama Ruang Publik KBR

Sosialisasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bersama Ruang Publik KBR

Daftar Isi

Hak kesehatan seksual dan reproduksi masuk dalam pembahasan menarik yang diusung oleh Kbr.id bersama NLR Indonesia dalam talkshow yang disiarkan secara langsung di YouTube Berita KBR.

Hak kesehatan seksual dan reproduksi

Hak asasi manusia tak selalu disandingkan dengan kewajiban yang harus dipenuhi dulu untuk bisa mendapatkan haknya. Persoalan yang hendak saya ceritakan disini konteksnya beda,sebab membicarakan hak setiap manusia dalam bermasyarakat  menyoal HKSR (Hak Kesehatan Seks dan Reproduksi) untuk ragam disabilitas. Kita fahami bersama bahwa mereka penyandang disabilitas memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental dan lainnya sehingga dalam berinteraksi dengan lingkungan  mengalami banyak hambatan.

Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. (UU No. 8 Tahun 2016)

Kendati demikian, hak kesehatan seksual dan reproduksi mereka harus dipenuhi dengan melibatkan beberapa pihak terkait, seperti orangtua, guru, sekolah, puskesmas dan pihak tertentu yang (mungkin) telah terjun untuk memberikan edukasi, wawasan baru untuk difahami bersama.

Semua ini dibuat agar semua merasa nyaman dan aman sehingga tidak ada tindak kekerasan, bullying, sikap menyakiti terhadap anak dan remaja.

Kesehatan Seks dan Reproduksi Bukanlah Hal yang Tabu

Sering dianggap tabu ketika pembahasan disuatu forum membahas seks dan reproduksi. Padahal wawasan ini seharusnya telah diberikan oleh masing-masing orangtua kepada anak sejak dini.

Misalnya, mulai mengenalkan anak bagian mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh. Siapa saja yang boleh menyentuh bagian alat vital anak. Serta memberikan wawasan pengetahuan jujur ke anak tanpa merasa takut ini takut itu yang mana seringnya orangtua beranggapan bahwa anak kelak akan tahu dengan sendirinya. 

Big NO, guys !

Idealnya usia berapa anak dikenalkan kesehatan seks dan reproduksi ? Berdasar apa yang disampaikan oleh Nona Ruhel Yabloy selaku Project Officer HKSR dari NLR Indonesia, hal ini boleh dikenalkan sejak anak usia 3 tahun. Usia anak bertambah, wawasan seperti ini pun bisa diselipkan secara berkala ke anak agar ia semakin matang dalam memahami. Jadi ketika anak laki-laki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi mereka sudah punya sikap standar bagaimana harus bertindak. 

Hak kesehatan seksual dan reproduksi

Selebihnya mereka juga bisa memilah mana yang tabu dan mana yang tidak. Sebab masa pubertas adalah masa mencari jati diri. Saat virus merah jambu menghampiri, tentu rasa suka pasti muncul. Nah, peran orangtualah yang menjadi ujung tonggak mengenalkan itu semua supaya lebih mawas diri.

Mengapa Hak Kesehatan Seks dan Reproduksi Wajib diberikan ke Anak ? 

Memberikan bekal pengetahuan yang lengkap dan tepat kepada anak, akan menumbuhkan  rasa percaya dirinya dalam berpendapat, mampu bersuara serta mampu melindungi dirinya dari gunjingan karena mereka faham akan haknya. Jika tidak disampaikan kemungkinan hal yang dianggap tabu itu bisa berbalik menjadi sebuah kekerasan, perundungan dan pergaulan bebas. Dimana mereka tidak punya wawasan, pedoman moril serta gambaran sikap yang harus diambil.

Hak Kesehatan Seks dan Reproduksi apa saja yang perlu diketahui penyandang disabilitas dan OYPMK.

  1. Melatih  bagaimana anak mau berbicara  jika ada kekerasan seksual
  2. Menjaga Kebersihan diri
  3. Agar terhindar dari bullying 
  4. Anak memiliki kemauan untuk speak up terhadap apa yang dirasakan
  5. Memperoleh lingkungan yang aman

Berkaitan akan hal itu, kita sebagai orangtua, guru, pendamping dan siapapun harus saling melindungi serta memberikan informasi yang benar terkait kesehatan seks dan reproduksi untuk anak remaja, terutama untuk penyandang disabilitas.

Pada momen yang disampaikan dalam talkshow di YouTube Berita KBR bersama NLR Indonesia, mereka mengajak kita semua untuk aware terhadap sesama. Pasalnya, sebagian dari mereka penyandang disabilitas dan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dalam menggunakan pembalut saja banyak yang belum faham. Ada yang dalam sehari menggunakan pembalut satu kali saja. 

Terkait hal ini, perlu dijelaskan secara kompak dan mendetail perihal memakai pembalut yang benar, treatment menjaga kesebersihan badan/anggota tubuh, serta menjelaskan langkah-langkah secara benar dan tepat sasaran. 

Untuk menjangkau edukasi HKSR secara masif, pihak yang faham terlebih dulu, orangtua, dan guru pendamping perlu upaya kuat untuk membangun kepercayaan komunikasi dan hubungan agar dalam penyampaian lebih nyaman untuk dipahami. 

Membangun Hubungan yang Hangat dan Trust dalam Berkomunikasi adalah Kunci HKSR

Menyamakan frekuensi materi dan pengetahuan yang diberikan kepada anak penyandang disabilitas dan OYPMK harus dilakukan oleh beberapa pihak terkait. Seperti edukasi yang diberikan oleh pemerintah beserta tenaga kesehatan kepada siswa disekolah pun diberikan ke orangtua mereka. Agar informasi yang sudah disampaikan dipahami bersama sehingga ketika anak yang masih kurang jelas dalam penyampaian saat bertanya ke orangtua mereka akan dijawab dengan jawaban yang senada (sama). 

Pasalnya, anak penyandang disabilitas satu kalimat saja yang dia faham pasti akan diingat terus. Tapi jika ada yang belum mereka tangkap semua isi materinya dia juga akan bertanya. Nah, sebagai upaya untuk menghindari miss komunikasi atau kurang padatnya pengetahuan yang diserap anak penyandang disabilitas orangtua juga harus berperan aktif didalamnya. 

Mengingat akan hal itu, penyandang disabilitas dan OYPMK juga ada keterbatasan dalam menyerap ilmu, pengetahuan dan pada prakteknya mereka masih butuh didampingi sampai benar-benar bisa dan paham. 

Selain NLR Indonesia, terdapat aktivitas dan usaha sosial yang juga ikut merespon isu dan stigma terkait Hak Kesehatan Seks dan Reproduksi pada masyarakat yaitu Biyung Indonesia. Kehadirannya memberikan impact positif dan  sangat membantu pemerintah dalam hal mengedukasi. 

Biyung Indonesia lahir sejak 2018, di Yogyakarta yang mana foundernya adalah Ibu Westiani Agustin.  Biyung Indonesia fokus terhadap isu perempuan dan kelestarian bumi.

Hak kesehatan seksual dan reproduksi

Awal-awal berdiri mereka cukup lancar menjalankan beragam kegiatannya. Seiring berjalannya waktu isu yang diangkat kurang sejalan dengan masyarakat sekitar terkait misi yang akan mereka capai. Mereka menganggap isu-isu kecil yang ditemukan kurang mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Mengenai menstruasi yang sehat saja banyak yang belum tahu, terlebih dalam menjaga kesehatan reproduksi dan seks. Kendala-kendala yang ditemukan itulah membuat Biyung Indonesia berinovasi untuk mengeluarkan prodak pembalut kain agar tidak mengundang sampah baru yang bisa merusak bumi. 

Selain itu, Biyung Indonesia juga merespon persoalan wanita yang sering dianggap menjadi penyumbang sampah terbesar didunia. Atas dasar itu beberapa kegiatan telah diupayakan. Salah satunya membidik masyarakat miskin, rentan dan menuju menengah untuk diberikan edukasi mengenai menstruasi sehat. Serta menggandeng beberapa pihak untuk memberikan pembalut kain gratis kepada masyarakat rentan.

Wihelimina Ice, Remaja Champion Program HKSR

Canggihnya arus teknologi ternyata tidak cukup untuk menghubungkan segala informasi akurat ke semua daerah. Pasalnya, masih ada beberapa daerah yang belum cukup tahu banyak akan Hak Kesehatan Seks dan Reproduksi.

Sisi lain, patut diapresiasi juga bahwa NLR Indonesia dan pemerintah telah mengupayakan yang terbaik dengan berkunjung ke sekolah-sekolah yang sangat membutuhkan sosialisasi dan edukasi. Serta membangun kerjasam dengan aparatur desa dan sekolah-sekolah lain untuk memberikan wawasan dan pengalaman baru dalam rangka memenuhi HKSR anak dan remaja. 

Hak kesehatan seksual dan reproduksi

Wihelimina Ice, salah satu remaja champion program HKSR yang sudah merasakan langsung bagaimana dirinya dibimbing agar faham akan haknya mendapatkan edukasi kesehatan seks dan reproduksi pada penyandang disabilitas. 

Dengan adanya program ini semoga masyarakat secara luas bisa semakin teredukasi dengan informasi yang benar. Sehingga tidak ada lagi stigma yang beredar yang dapat mematahkan  semangat mereka penyandang disabilitas dan OYPMK di kehidupan bermasyarakat.


Posting Komentar