√Jurnal Belajar Anak Usia 6 Tahun di Rumah – Panduan Praktis untuk Orang Tua

Jurnal Belajar Anak Usia 6 Tahun di Rumah – Panduan Praktis untuk Orang Tua

panduan praktis jurnal anak

Aku berusaha konsisten menuliskan jurnal anak. Kali ini, aku mau mengikat rasa, menuliskan jurnal belajar anak khususnya usia anak 6 tahun.

Usia ini merupakan masa transisi anak, yang menuju usia 7 tahun nanti otomatis anak masuk Sekolah Dasar. Belajar terstruktur mulai dikenalkan pastinya. Dan ini butuh waktu tidak instant, makanya, sebagai ibu aku mau mentriger diri untuk mengulik tentang jurnal belajar anak usia 6 tahun.

Menilik sisi manfaat, banyak tentunya. Jadi teringat pertanyaan yang sering disampaikan anak “bunda, ketika kecil gigiku tumbuhnya gimana ?, kalau aku di gemesin ayah, aku responnya gimana ?, Bunda, dulu aku makannya gimana ?”. Pertanyaan seabrek yang kalau ibu gak tanggap, justru membuat anak frustasi.

Manfaat yang paling aku rasakan, jadi tahu dan mengenal anak secara mendalam. Jika dibaca ulang, tentunya akan mengingatkan betapa luar biasanya perjuangan ibu dalam membersamai anak belajar dengan proses terbaiknya. Setuju kan ?

Mengapa Anak Usia 6 Tahun Perlu Jurnal Belajar di Rumah?

Waktu anak masih balita, aku berusaha mengikuti program belajar anak yang bisa dikerjakan selepas bekerja. Mulai dari mengikuti challenge, sekolah al-kindi kids dan lainnya.

Bahkan ikut komunitas parenting yang kuniatkan untuk mentrigger diri tetap semangat dan penuh waktu membersamai anak. Aku sadar, menjadi ibu bekerja , kalimat yang kucetuskan sendiri ini, pun tidak mudah untuk ku jalani.

Membuat jurnal belajar, memudahkanku merekam perkembangan belajar sehari-hari. Paling mudah jika aku tidak sempat membuat artikel di label jurnal anak, aku simpan di postingan media sosial.

Sebenarnya, adanya jurnal belajar anak, melatih disiplin dan konsisten baik ibu maupun si kecil. Sejauh apa yang aku lakukan, belum konsisten juga sih Hehehe. Semakin tambah usia anak, dia suka main sama temannya. Bahkan kalau main diluar, bisa berjam-jam. Positifnya, waktu screentime lebih variatif, tak melulu depan layar.

Ibu yang penuh waktu, juga lebih mudah mengenali, memahami perkembangan anak dari sisi kognitif, sosial dan emosional. Ini yang kurasakan. Meski sebagai ibu bekerja, karena aku tanpa ART, jadi tahu semua apa yang terjadi pada anak, insha allah.

Pada anak usia 6 tahun, menurut teori perkembangan Piaget, masuk dalam tahap pra operasional. Anak sedang membangun pengalaman belajarnya, dari apa yang dia lihat, alami dan secara logika belum bisa menggabungkan atau memisahkan ide pikiran.

Baru mau menuju tahap konkret. Nah, pada tahap inilah, aku sering berdiskusi atau memberikan informasi kesi kecil tentang tontonan yang dia lihat.

Memberikan wawasan pengetahuan tentang, video apa yang boleh dan tidak untuk dilihat. Menjelaskan apa itu anomali, dan memberikan konsep berfikir bahwa semua yang ada di dunia tidak bisa dicampur aduk. Seperti dalam membedakan mana yang ciptaaan Allah, mana yang buatan manusia, mana yang animasi, sungguhan dan lain sebagainya.

Tujuan Jurnal Belajar Anak di Rumah

Usia 6 tahun memang usia krusial. Kalau di sekolah formal/non formal, masuk usia TK B ya. Apa yang didapat dari sekolah, orang tua memupuk kembali, pengetahuan-pengetahuan yang di dapat anak dari sekolah.

Memantau Perkembangan Akademik

Kalau di TK anak dulu, saat TK B si kecil diajari membaca , berhitung sederhana, mewarnai, bermain, menari, menyanyi, bersih-bersih dan ada pendidikan makan.

Secara kurikulum, anak masuk SD memang tidak disyaratkan bisa membaca , namun, jika aku melihat langsung LKS yang dipakai di kelas 1, ada benturan yang tidak pas.

Aku mencoba memposisikan diri sebagai anak, jika belum bisa baca mandiri, anak bisa saja frustasi karena melihat rangkaian tulisan panjang, soal–soal dan hal yang dirasa rumit oleh anak yang belum bisa baca.

Makan stimulasi yang mengarah pada prospek anak mau baca, senang berhitung dan lainnya perlu diupayakan dari rumah. Anak sudah punya bekal belajar dengan teman-temannya dengan cara yang menyenangkan.

Jatuhnya, mengukur pemahaman anak terhadap materi kan ? sinkron antara dirumah dan disekolah, menjadi support kemudahan bagi anak dalam bertumbuh dan berproses.

Membentuk Kebiasaan Belajar Mandiri

Awalnya, aku kesulitan mengatur jam belajar anak. Ini real aku alami. Karena usia 6 tahun lebih si kecil sudah masuk SD, jadinya butuh effort banget untuk mengarahkan anak laki-lakiku.

Diajak membaca kalimat panjang, ogah dia. Menata jadwal pelajarannya, masih ku bantu. Mulai bulan Juli, Agustus dan september ini, aku putuskan untuk ngobrol sama si kecil. Agar dia mau belajar baca sama bu guru TKnya.

Setelah ku cek isi LKS dan buku panduan yang dipakai, langkah ini yang aku ambil. Melibatkan orang lain, untuk membuat si kecil bisa baca. Bukan karena memaksa tapi tuntutan sih. Aku khawatir, jika anak belum bisa lancar, ketika ulangan, anak jadi boring dan frustasi. Berimbas mogok sekolah. Itu yang ku fikirkan.

Sebenarnya, mengajari anak belajar baca dirumah, aku bisa. Karena aku menyimpan harapan besar ke anak untuk jadi, perasaan itulah yang bisa jadi membuat emosiku meletup-letup. Jatuhnya, tidak sabaran menghadapi progress yang sebenarnya anak itu punya fitrah belajar yang natural.

Membentak, memarahi dan memaksa, itu kan yang tidak kita inginkan ketika membelajari anak belajar ? padahal, anak punya hak mendapatkan cara yang menyenangkan untuk belajar kan ?

Semenjak di ultimatum sama guru kelasnya “belajar dirumah akan memudahkan pekerjaan di sekolah” si kecil jadi semangat belajar. Semenjak itu, aku jadwalkan jam khusus belajar dan si kecil mau. Toh, dia juga mulai menyadari kelemahannya.

Seperti, belum bisa menulis rapi, belum bisa menulis cepat, dan lebih mudah terusik temannya saat mengerjakan di kelas, ngobrol sebelum tugasnya selesai dan ya begitulah anak laki-laki.

Meningkatkan Komunikasi Orang Tua dan Anak

Sebagai ibu bekerja, aku terus berusaha menyediakan waktu buat membersamai anak belajar. Aku sering beri nasihat kalau kelas 1 dan 2, belajarnya sama bunda. Seterusnya, jika memang si kecil mau ikut les akademik terutama matematika dan bahasa inggris, ya aku support. Kebetulan, si kecil suka matematika dan bahasa inggris. Mungkin menurun dari ayahnya ya, kecerdasan matematikanya. Kalau suka bahasa inggris, ini dari kecil ku arahkan nonton film/video yang ada bahasa inggrisnya.

Mengingat si kecil juga termasuk anak manja, suka cari perhatian dengan bahasa kasih sayang minta dilayani, dicium-disayang-sayang si kecil merasa diperhatikan.

Apa Saja yang Dicatat dalam Jurnal Belajar Anak Usia 6 Tahun?

apa saja yang dicatat di jurnal anak

Jurnal belajar anak ini sederhana banget. Melakukan pencatanan setiap hari, akan mempermudah prosesnya. Data uang ditulis juga akurat, karena langsung mencatatnya.
Mulai dari aktivitas harian yang berisi materi belajar, durasi belajar dan metode belajar .
Materi belajar, ibu bisa menyiapkannya terlebih dulu. Mau tema memasak, bikin craft, menulis, mewarnai dan lainnya bebas, sesuai kesukaan
.
Durasi belajar, minta kesepakatan ke anak. Jika bermain dan belajarnya seru, anak juga akan antusias dengan sendirinya. Menyoal metode belajar, yang pasti menggunakan metode bermain, bermain dan bermain. Dengan bercerita, game, dan lainnya

Hasil atau capaian perlu juga dituliskan. Misalnya, anak memahami blablabla. Serta menuliskan kesulitan dan hambatan yang dialami anak.

Mencatat perilaku dan sikap anak. Mulai dari memperhatikan rentang konsentrasi, an tusiasme, kebosanan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Terakhir, refleksi sebagai orang tua. Mencatat strategi yang berhasil dan tidaknya. Serta mencatat, ide untuk pertemuan berikutnya.

Format Jurnal Belajar Anak Usia 6 Tahun di Rumah

Menulis jurnal ini bisa jadi healing dan benar-benar mengikat rasa. Tak hanya sebatas merekam memori, juga menambah kreativitas ibu dalam membuat jurnal belajar anak. Berikut, beberapa rekomendasi bentuk jurnal yang bisa diaplikasikan.

format jurnal belajar anak

Contoh Template Jurnal Belajar Anak Usia 6 Tahun

Contoh Template Jurnal Belajar Anak

Tips Membuat Jurnal Belajar Lebih Menarik

Paling seru, melibatkan anak dalam prosesnya. Meski cukup membuat ibu memutar otak gimana menyiapkan printilan/media pendukungnya. yakinlah, hari esok akan jauh lebih baik. Anak diajak menempel stiker mewakili perasaannya

Manfaat Jangka Panjang Jurnal Belajar Anak

Tidak ada patokan yang pasti mengenai durasi berapa lama anak usia 6 tahun sebaiknya belajar di rumah. Yang penting anak bahagia, tanpa paksaan dan melakukannya dengan riang gembira.

Apakah jurnal belajar bisa digabung dengan jurnal perkembangan anak ? bisa saja iya. Kalau menurutku sih, terus memberikan stimulasi sesuai usianya, agar anak terus berproses.

Dalam pengisian jurnal anak, aku rasa lebih dominan diisi oleh orang tua ya. Anak bisa saja dilibatkan untuk pengisian yang sekiranya anak paham.

Manfaat dari mengisi jurnal belajar anak, setidaknya ini menjadi ikhtiar terbaik membantu kesiapan anak masuk Sekolah Dasar. Saat anak mengantongi bekal untuk memasuki usia sekolah dasar, anak lebih punya rasa percaya diri. Sehingga anak, minim kesulitan. Dokumentasi perkembangan anak menjadi semacam harta karun, yang bisa dijadikan pedoman untuk anak berikutnya.

Kesimpulan

Bukan hanya untuk jangka pendek, memudahkan orang tua memahami anak, serta menerapkan strategi belajar anak berikutnya. Manfaat jangka panjang, akan terbentuk kedisiplinan, kedekatan orang tua dan anak bonusnya, bisa menciptakan peluang berprestasi.

Tertarik untuk membuat jurnal belajar anak usia 6 tahun setiap harinya ? sederhana saja. Yuk, saling support untuk mencatat jurnal belajar anak sedini mungkin.


Related Posts

Posting Komentar