Dari Pemikiran Kecil
Bermula dari pemikiran si gadis belia ( 15 tahun lalu). Amilia Agustin yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas di Bandung berhasil membuat gerakan kecil yang berdampak pada lingkungan.
Aksinya ini mengundang apresiasi oleh teman, sekolah dan lingkungan sekitar. Pasalnya, empati remaja ini benar-benar membuat orang mengagumi sampai-sampai dijuluki si ratu sampah.
Bermula Dari Melihat Onggokan Sampah
Ami merasa jijik ketika melihat sampah yang berserakan. Sudah ada himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya dan pilah sesuai jenisnya. Namun, hal ini tak membuat warga sekitar sadar untuk mematuhi aturan tersebut.
Lingkungan sekolah yang terlihat kotor, membuat Ami merasa tidak nyaman. Ditambah dengan gunungan sampah yang berserakan dan tidak rapi membuat Ami makin gelisah. Sepanjang jalan ada pemandangan sampah yang berserakan, Ami merasa gemas dan kesal. Mau protes tappi, entah sama siapa ?
Bukan hanya gumaman semata, Ami berusaha membuat gerakan kecil yang dimulai dari diri dan lingkungan sekitarnya. Ami membiasakan diri untuk memilah sampah sesuai jenisnya, dan membuang pada tempatnya.
Seiring berjalannya waktu, Ami mengajak kawan-kawanya sebanyak 10 orang untuk bergerak membuat perubahan. Membentuk komunitas berbasi peduli terhadap lingkungan yang mereka nami dengan "Go To Zero Waste School".
Amilia ini terus bergerak secara konsisten hingga muncul ide-ide berikutnya.
Memilah sampah berdasarkan jenisnya
Berkat kegigihan Ami, sapaan akrabnya, ia terus meluaskan jejaring untuk mengajak kerja sama dengan beberapa pihak. Ia percaya, permasalahan sampah adalah tanggung jawab bersama. Siapapun berhak ambil peran tak memandang usia berapa.
Ami dapat membuktikan mindsetnya itu kepada khalayak ramai. Sampah yang dipilah mulai dari sampah plastik, kain perca, organik dan tetrapak berhasil dikelola menjadi barang bernilai ekonomi.
Sampah plastik sejenis, seperti sampah plastik bungkus detergen, bungkus kopi dan bungkus mie diolah menjadi berbagai macam tas. Limbah kain perca disendirikan untuk diberikan kepada perusahaan konveksi besar yang ada di lingkungan sekitar Bandung. Tentunyam, untuk diolah menjadi barang bermanfaat seperti tas yang memiliki nilai jual terjangkau.
Barang menjadi lebih bermanfaat dan sampah yang dianggap remeh/tidak mempunyai fungsi justru memberikan peluang penghasilan tambahan kepada pihak yang terlibat.
Sampah an organik juga diolah Ami bersama komunitasnya menjadi pupuk yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman.
" Setiap orang punya pilihan dalam hidup, apakah cukup berada di zona nyamannya, atau keluar dan menemukan keajaiban di zona-zona yang lain, ttulis Amilia Agustin dalam sosial media instagramnya".
Ami, perempuan ideologis yang mau ambil peran berdampak ini sejak kecil memang suka membaca. Keaktifannya di organisasi sekolah seperti Kelompok KIR (Karya Ilmiah Remaja), kebunku dan perempuan yang mengiodalakan Tri Mumpuni ini terus berjuang meluaskan manfaat dan mengajak masyarakat untuk peduli dengan sampah.
Berkat kegigihannya dan kegemarannya dalam mengikuti perlombaan di bidang karya tulis ilmiah, ia berhasil memperoleh kemenangan dan meyakinkan sekolah untuk mendapatkan bantuan berupa uang operasional senilai 2,5 juta rupiah yang ia dedikasikan untuk komunitas Go To Zero Waste yang ia kelola dengan teman-temannya.
Ami memiliki mimpi yang besar. Perempuan kelahiran 20 April 1996 ini sangat gigih ketika menuliskan satu mimpi yang ingin ia raih. Tak kenal lelah dan putus asa, Ami berhasil membangun kolaborasi dengan Bank Mitra Syariah untuk membesarkan pengelolaan sampah yang dikelolanya.
Mendapatkan Penghargaan Menciptakan Sanitasi Yang Sehat di Lingkungan Kota Bandung
Pengabdian ini Ami dedikasikan kepada sekolah, lingkungan dan untuk dirinya sendiri. Ketika orang lain mungkin menanggap, “ah, anak kecil sekarang bisa apa ?”. Nyatanya, di usianya yang masih remaja dan butuh eksplore banyak hal, justru Ami bisa membentuk pengabdian yang berdampak besar pada sanitasi yang lebih sehat di kota Bandung.
Berkat kerja keras Ami yang menjadi pelopor pengabdiannya dan hingga diberi julukan Ratu Sampah ini, ia berhasil membawa nama baik sekolahnya melambung tinggi. Tidak hanya itu, SMP N 11 Bandung telah dinobatkan menjadi sekolah sehat. Sekolah yang dulu dihiasi dengan sampah yang berserakan karena wilayahnya yang cenderung kumuh, menjadi sekolah binaan yang bersih dan sehat.
Tak tercium bau menyengat seperti biasanya, akibat sampah yang tidak dikelola dengan tepat. Ami juga berhasil menggerakkan perekonomian warga setempat, banyak ibu-ibu yang mendapatkan berkah, bertambah penghasilannya karena dilatih mengelola limbah sampah kain dan menjadi perputaran ekonomi dan bisnis di wilayah setempat.
Siapa sangka, jika keuletan dan empati Ami berbuah manis, pun berdampak besar yang nyata.
Ami mendapatkan apresiasi ASTRA pada tahun 2010, dengan rasa perca diri mengambil peran kecil yang akhirnya meluaskan manfaat bagi banyak orang, diakui oleh ASTRA menjadi sosok menginpirasi dan patut diteladani.
Meski kini Ami telah berkeluarga dan memiliki putri kecil, Ami terus menggapai mimpi-mimpinya yang lain bersama perusahaan ASTRA dengan bentuk yang berbeda.
Semangat, kesabaran dan keuletannya dalam membersamai komunitas Go To Zero Waste, adalah bukti pengabdiannya Ami untuk negeri tercinta, terutama kota Bandung.
#APA2025-Blogspedia
Posting Komentar
Posting Komentar