√Menjadi Ibu, Harus Siap Apa Aja

Menjadi Ibu, Harus Siap Apa Aja


Menikah, ibadah terpanjang yang harus disiapkan. Menjadi ibu, juga butuh bekal. Ketika pikiranku muncul kalimat "kenapa sih, belum menikah kok repot-repot belajar parenting? ".

Jawabannya, aku dapatkan setelah jadi ibu. Andai, waktu bisa diulang. Aku mau membenahi itu semua. Hadir di liqo' untuk mengisi hati dengan ilmu parenting, menjadi ibu, istri dan membina rumah tangga dengan baik.

Aku terus berdoa, semoga segala tantangan dan ujian rumah tangga bisa ku lalui dengan sempurna.

Menjadi ibu

Tentang kesiapan, bukan hanya keinginan, karena di desak oleh ocehan lingkungan sosial. Eh, sudah isi belum? , duh kok LDMan sih. Hlo, masih satu rumah sama mertua?. Enggak nambah anak?. Kalimat yang membosankan sebenarnya. Entah itu guyonan atau sudah sewajarnya ada kalimat pengingat itu. Tapi, ada kalanya ketika hati sedang tak baik-baik saja, semua jadi kepikiran. Dimasukkan ke hati.

menjadi ibu butuh persiapan

"Ketika nikita willy di jahili isa, berharap ibu niki marah". Potongan reels yang ku lihat, dengan tambahan tulisan di video, membuatku kepo dan jadi tanya ke diri sendiri. Apalagi ada salah satu komentar di postingan tersebut yang mengetikkan "ibu niki ini sudah siap jadi ibu. Maka tantangan apapun, akan tetap membuat dirinya pada komitmen yang dibuatnya" Kurang lebih begitulah. Sedangkan diri ini, kesulitan dikit menghadapi tingkah anak, maunya marah,kwkwkwk

Setiap ibu itu beda kondisi dan punya cerita sendiri. Jika masih berkomentar dengan kata andai, itu bisa ku artikan aku belum bersyukur sepenuhnya. (Dont judge me)

Kondisi workingmom, jauh dari suami dan orang tua. Tanpa ART, jadi, aku cukup kewalahan membersamai anakku sendiri. Si kinestetik yang kalau tenaganya full, maunya di temeni main bola dan yang mengarah ke banyak gerak. Sedangkan akunya kadang kelelahan terlebih dulu sebab, ketika dia belum terbangun, aku nyuci baju sendiri, nyetrika sendiri, masak, nyapu dan ngepel sendiri. Semua kulakukan tanpa ART. 

Di sekolah, waktu ku gunakan untuk membersamai anak orang. Jika difikir, rumit. Tapi, begini adanya. Tanpa persiapan dan keikhlasan yang paripurna, Hari-hari ku akan mengeluh seutuhnya. Terlebih, jika scroll medsos nemu konten ibu muda tabungan jetian, setiap hari bisa hahahaha dan bahagia mengurus rumah tangganya. Seketika doaku jadi banyak. Hahaha

ruang berbagi

Terlalu screen time juga malah bikin stress. Apalagi ketika sedang meminta hajat, doa tak kunjung dikabulkan. Ya rab, isinya hati mellow terus.

Maka, managemen diri agar aku tetap waras sangat harus diupayakan dengan baik. Mendekat pada sang pencipta. Nyari teman curhat. Dan berusaha terus terbuka sama suami. Sering dengerin konten di yutub yang related. Kalau perlu chekout (berujung cekot-ceok/pusing :D) barang yang dibutuhkan. Serasa, minta diri sendiri untuk apresiasi. Pokok, aku berusaha melakukan apa yang membuatku ke distraksi dengan kegiatan yang membuat diriku tidak semakin tenggelam.

Namanya juga ikhtiar, kadang pikiran tidak karuan. Justru muncul pada satu hal yang sebenarnya diri sendiri saja yang terlalu mengkhawatirkan. Maunya, gandengan tangan terus, peluk terus, cukup meredakan beban pikiran.

Ya rab, jika aku boleh meminta. Jadikan kami satu atap yang teduh, agar kami bisa merangkai kisah cinta dengan sempurna. Ya rab, aku sangat merindukan kebersamaan setiap hari.

Ruang Berbagi

Bagaimanapun, ibu tetap harus kuat. Serpihan kekhawatiran, masalah akan terus datang menghujani biduk rumah tangga. Tetaplah kuat. Berusahalah menjadi yang terbaik. Komunikasikan, tetap awas dan jalani degan keteguhan. 

Ya rab, belajar ikhlas itu kadang melelahkan ya. Belajar sabar itu butuh keikhlasan ya. Jika boleh aku memeluk lama, aku mau terus di sampingnya. Nekad berbagi, walau kadang pikiran dihujani balasan tak diinginkan. Berusaha waras, demi malaikat kecil yang kami undang. Ya rab, dekatkan hati ini selalu denganmu.

Kadang, mau berbagi cerita ke orang tua, tapi banyak tanda tanya setelahnya. Mandeg dalam pikiran, terpatri dalam hati, jatuhnya pikiran kemana-mana.
praying with love

Gelar sajadah bersujud panjang. Menangis, melantunkan banyak doa. Itu yang terbaik. Menangis sepuasnya. Biar lega isi hati.

Kerandoman yang tertulis ini, semoga menjadi serpihan yang membuat diri menjadi tenang. Maaf dan terimakasih sudah menjadi taman curhat di satu postingan ini.

Belajar parenting

Itu penting. Sepenting kamu melakukan suatu hal untuk pertanggungjawaban atas hidup yang kamu pilih. Ada malaikat kecil yang jadi amanah mu. Ada suami yang kadang jadi ujian, bahkan tempat menuju surga jika keikhlasan dan bakti ditunaikan.

Sesibuk apapun, aku berusaha belajar. Meski hanya dari channel yutub, sharing dengan teman dan menimba ilmu dari siapapun. Untuk merefresh isi otak yang kalang kabut. Aku, kalau sedang di fase down itu kembalinya cukup lama. Tapi, ketika sedang on fire, produktivitas meningkat.

Tak mau inner child mencuat tak terbendung. Mengaji di kajian offline terus diupayakan. Bergabung di komunitas dan nyoba ambil peran. Pokok, jika gabut tidak baik untuk isi otakku.

Kadang, maunya fokus ke diri sendiri. Padahal, ada makhluk yang harus diperhatikan.Kondisi, tidak bagus untuk demikian. Ambil jeda kali ya. Mungkin juga burn out karena saking multitalenta (karena terpaksa). Apa-apa dihandle sendiri. 

Bukan berarti aku seperti air yang mengalir. Tanpa arah. Aku berusaha muhasabah. Jangan-jangan kesehatan mentalku terganggu. Kelamaan scrool unfaedah, jatuhnya kemana-mana.

Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar