Menatap Masa Depan Literasi Bacaan Anak

Menatap Masa Depan Literasi Bacaan Anak

Daftar Isi

Ikut memeriahkan hari dongeng sedunia dengan berpartisipasi menjadi peserta webinar dengan tema Menatap Masa Depan Literasi Bacaan Anak. Benar-benar membuatku melek bab penulisan setelah mendapat suntikan dari materi pertama yaitu Bahan Bacaan Literasi Anak.

menatap masa depan literasi anak

Talkshow yang berlangsung selama dua jam ini berhasil membuatku berfikir, selama ini aku sudah bereksplorasi sejauh mana? Masih tahap tenang-tenang saja jikalau tidak mendapati materi hari ini. Diawali oleh Teh Ina Inong yang membuka acara, sekaligus host pada sesi ini. Dilanjut dongeng kece yang dibawakan Kak Lia tentang hujan. Mampu membuat wajahku bengong dan takjub mendengarkan dongeng yang dibawakan. Yang kemudian berubah menjadi meriah karena diakhir dongeng kami nyanyi bareng Tik Tik Bunyi Hujan karya Ibu Sud. 

Pemateri kondang pada sesi ini, ada Pak Hikmat yang merupakan tim penerbit agromedia. Penerbit yang awalnya hanya menerbitkan buku-buku pertanian, seiring berkembangnya teknologi, dan dunia penerbitan agromediagrup merambah ke Novel, buku masakan, pendukung pelajaran, buku agama Islam, komputer, dan bidang-bidang lain menjadi bidang garapannya. Nama GagasMedia, Bukune, Kawan Pustaka, WahyuMedia, QultumMedia, dan belasan lagi nama penerbit adalah nama-nama penerbit yang tergabung dalam kelompok AgroMedia. Itulah serangkaian penyemangat yang saya kutip dari website nya. Membuat saya melek dunia penerbitan. 

Benar-benar trusted dan sudah tidak diragukan lagi eksistensinya sebagai penerbit yang lallenguntungkan. Harus ada relasi antara penulis dan penerbit untuk tetap menelurkan buku. 

Pertanyaan pertama yang disampaikan oleh Teh Ina sebagai pembuka talkshow pagi ini, budaya literasi itu bukan rendah. Melainkan sedang bermetamorfosis, mengutip dari artikel. Apakah begitu?

Hanya beda generasi, dulu orangtua menyajikan buku sebagai bahan memahami pelajaran. Generasi sekarang lebih terbuka. Bahkan gadget tak lepas dari kehidupan kita. Di musim pandemi ini minat buku anak naik. Buku resep, dan buku JSR pun banyak diminati. Begitulah jawaban Pak Hikmat dan Kang Halvino. Sehingga bagaimana cara kita menyajikan bahan literasi anak secara konvergen, dengan maksud menyajikan bahan bacaan yang tidak hanya kontekstual. Orang menganggap sumber informasi sekarang hanya bisa dinikmati melalui gawai saja, padahal tidak semua informasi yang bisa kita dapatkan itu dari internet ada juga informasi yang harus kita baca dari buku. Sehingga format penyajian buku yang harus dilahirkan adalah buku-buku yang dibutuhkan oleh anak. Seorang penulis juga harus memikirkan positioning dengan personal branding yang jelas dengan keunikan yang kita bangun. 

Minat baca memang rendah, daya beli buku memang rendah. Tapi, apakah kita harus diam dan tidak melakukan apa-apa ? Sehingga muncul pertanyaan bagaimana cara mensiasatinya? Ibarat gembok itu dibuat bukan tanpa adanya kunci. Dalam kondisi apapun, bukan menyalahkan keadaan namun mengajak kita untuk merubah mindset dan berfikir kreatif untuk terus melakukan riset, mencoba hal baru, berimaginasi, memasukkan nilai-nilai keislaman sebagai karakter utama sebagai bahan bacaan anak. Beberapa point' ini bisa dilakukan oleh penulis agar literasi tetap hidup. 


Dunia percetakan tak boleh mati. Dunia literasi tak boleh mati. Dunia buku anak juga tak boleh mati. -Hikmat-

So, butuh figure pegiat literasi untuk memaksimalkan budaya literasi ke pelosok daerah dan sampai ke lingkup RT/RW melalui Taman Bacaan Masyarakat. Pendidik bangsa telah meletakkan literasi sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Orangtua, pegiat pendidikan, praktisi pendidikan, dan semua kalangan seharusnya mendukung gerakan ini. Meski masih pandemi, sebagai penulis justru harus lebih berinovasi dengan karya apa yang akan ditulis. Melakukan mapping tema buku-buku anak. Yang sebenarnya buku-buku anak temanya hanya itu-itu saja, namun bagaimana penulis mampu bereksplorasi dengan inovasi yang membuat anak berimajinasi dan lebih bagus lagi jika diselipkan nilai-nilai lokal. Lakukan Adaptasi, Inovasi dan Kolaborasi. 


#FestivalLiterasiBukuAnakIndonesia2021

#FLBA2021


Sumber Referensi

TALKSHOW bahan Bacaan Literasi Indonesia yang diselenggarakan oleh @ayodongeng_indonesia

https://agromediagroup.com/tentang-kami/

https://agromediagroup.com/terus-menjadi/

https://www.syaamilquran.com/




Windi Astuti
Windi Astuti Fulltime mom yang suka menulis

12 komentar

Setuju banget
Era gadget mungkin mendominasi
Tapi gak ada yang bisa mengalahkan buku cetak
Mata gak lelah dan rasanya lebih nyaman
Comment Author Avatar
3/4/21 20:07 Hapus
Iya mbak, buku cetak memang paling aman
Comment Author Avatar
1/4/21 19:39 Hapus
bagaimana cara kita menyajikan bahan literasi anak secara konvergen, dengan maksud menyajikan bahan bacaan yang tidak hanya kontekstual.
Ini kata kuncinya ya mbaa
semoga kita tetep bisa meramaikan literasi bacaan anak
Comment Author Avatar
3/4/21 20:10 Hapus
Amiin. Semoga konsisten ya mbak
Comment Author Avatar
1/4/21 21:01 Hapus
Aku dan anak2 masih senang banet membaca buku secara konvensional alias asli pegang bukunya, dibandingna mesti baca online. Ada perbedaan dan keistimewaan tersendiri tentunya. Mestinya kita bersatu sosialisasikan literasi bacaan anak2 ini supaya berkesinambungan. Barusan aku follow blognya ya, salam kenal.
Comment Author Avatar
3/4/21 20:09 Hapus
Ada benarnya memang mbak, bisa dibaca di postingan berikutnya, saling terkait kok. Ehehee. Siap mbak. Terimakasih
Comment Author Avatar
2/4/21 07:25 Hapus
Minat baca yang rendah memang membuat miris, makanya adanya edukasi literasi ini menjadi penyadaran minimal kitanya sendiri untuk dilingkungan rumah jadi volunteer nya ya
Comment Author Avatar
3/4/21 20:10 Hapus
Aku juga jadi melek banget bab literasi mbak
Ya allah serasa tertampar saya dimana ketika saya menyia nyiakan waktu utk membaca justru di luar sana banyak orang peduli terhadap dunia literasi dan mencari cara agar masyarakat tetap mau membaca dan membeli buku.
Comment Author Avatar
3/4/21 20:08 Hapus
Semangat mbak
Saat ini saya pribadi jarang liat anak duduk membaca buku. Mreka duduk ya main game di gadget atau nonton kartun di Youtube.
Salut buat penggiat literasi, semoga apa yg di perjuangkan ada hasilnya dan dapat dukungan dr kita semua
Comment Author Avatar
3/4/21 20:07 Hapus
Amiin