Biasakan Sejak Dini Tak Menyisakan Makanan Sebijipun!
Tak afdol rasanya jika sudah jadi warga sah kabupaten Kediri tidak tahu kondisi sampah di tempat menopang kehidupan saat ini. Cukup kaget, ternyata tiap hari sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ada 130 ton sampah. Jika dilogika, pandemi begini aktivitas diluar rumah berkurang banyak. Nyatanya sampah tetap saja banyak. Begitulah kondisi di TPA Mojoroto, Kediri. Bahkan tempat baru yang dibuka 20 Februari 2020 saja seperempat lahan sudah penuh ditempati sampah tercampur antara organik dan non organik.
Setiap orang, rata-rata membuang sampah sebesar 0,5 kilogram per hari. Sedangkan kesadaran untuk memilah sampah rumah tangga tiap individu sangat minim. Pemulung mengharuskan mengambil alih pekerjaan ini, memilah sampah organik dan anorganik dengan mengambil sampah plastik dikumpulkan untuk menambah nilai ekonomi dengan menjualnya ke pengumpul rongsok. Nasib sampah yang lainnya bagaimana ?
Salah satu upaya untuk membantu penanganan sampah yaitu dengan memilah sampah dari rumah. Memilah sampah ini dalam rangka membantu pengelolaan sampah yang baik. Bagaimana memilah sampah dengan cara menyenangkan itu?, Sebelumnya, kita urai dulu jenis-jenis sampah yang ada lingkungan kita.
Sampah anorganik
Pengelolaan sampah anorganik ini dengan cara di daur ulang (recylce) yang kemudian diolah untuk dijadikan barang atau benda yang bisa dimanfaatkan kembali. Berikut contoh sampah anorganik berdasarkan golongannya untuk mempermudah kita dalam memilah sampah dari rumah. Kumpulkan, cuci dan bersihkan!
Dengan lahan pas-pasan seperti rumah yang kami tempati, untuk pengelolaan sampah lainnya kami serahkan kepada perusahaan pengelolaan sampah selain dari apa yang sudah kami lakukan tadi.
Sampah plastik siap kirim |
Tahun 2014 Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik . Padahal sampah ini lama banget bisa terurai dengan baik. Nggak cukup 1-2 tahun bisa terurai, namun puluhan tahun. Terus bagaimana dengan nasib tanah kita ? Tanah butuh menyerap air dengan baik untuk menghindari terjadinya banjir, longsor dan jangan sampai merusak ekosistem.
World Economic Forum (WEF) memprediksi pada 2050 mendatang, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan. Mereka memperkirakan bahwa 2050 mendatang, jumlah plastik yang diproduksi secara global meningkat tiga kali lipat menjadi 1,124 miliar ton.
Hmm,,, semoga apa yang kami lakukan bagian dari usaha untuk mengurangi sampah plastik dengan memberikan kepada pihak yang bertanggung jawab mengolah sampah anorganik.
Sampah Organik
Sampah yang tergolong mudah terurai ini tetap harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Sumber sampah ini biasanya dari rumah tangga. Sampah organik seperti dedaunan, ranting pohon, dan sisa makanan ini bisa dijadikan pupuk.
Dokumentasi pribadi |
Kalau suami mengajarkan, ketika ada kulit buah/potongan sayur mentah yang tak layak konsumsi dipotong-potong kecil untuk dimasukkan dalam tong sampah khusus yang dicampur tanah kemudian diaduk dan diendapkan dalam waktu lama. Sama halnya dengan kulit pepaya, batang sayur kangkung atau sayur lainnya.
Beda lagi untuk perlakuan memanfaatkan air cucian beras,sisa teh/kopi/susu pun ikut dimasukkan kedalam air cucian beras dalam satu wadah yang bisa disiramkan ketanaman. Bahkan dulu saat masih menyusui, ASI yang tidak dipakaipun disiramkan ke tanaman oleh ibu mertua. Lumayan, nambah nutrisi buat tanaman jadi subur. Dan ini terbukti, walaupun lebih telatennya suami yang melakukan 😀
Dokumen pribadi |
Sampah organik sisa makanan masuk dalam rating tertinggi yang sumbernya dari rumah tangga. Mungkin ini juga yang menjadi alasan negara Indonesia berada diurutan kedua penghasil sampah organik terbesar setelah Arab Saudi.
Memilah sampah dari rumah yang dilakukan secara konsisten akan sangat membantu menangani masalah sampah. Jangan biarkan sampah yang kita buang berhenti di tempat pembuangan akhir. Karena sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Bahkan jika terlalu banyak sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), akan menghasilkan karbondioksida yang membuat kondisi panas sehingga terjadilah efek rumah kaca.
Saya sadar, ketika kita mencintai alam dengan baik maka bumipun akan menjaga kita. Indonesia memang punya pegiat sampah yang sedari dulu ikut andil memerangi masalah sampah dengan kreativitasnya dan kerjasamanya dengan pihak yang peduli. Tanpa campur tangan kita, sampah tidak akan berkurang masalahnya jika kita tak melakukan hal kecil apapun.
Ini bagian dari proses ya untuk mewujudkan Indonesia bebas sampah, nyatanya dari 283 kabupaten/kota se-Indonesia capaian selama 2020 masih ada 35,476,875.59 (ton/tahun) timbulan sampah. 5,744,122.60 (ton/tahun) pengurangan sampah sebesar 16,29%. 13,451,564.23 (ton/tahun) penanganan sampah sebesar 37,92%1. 9,195,676.83 (ton/tahun) sampah terkelola 54,11%1. 6,281,198.76 (ton/tahun) sampah tidak terkelola 45,89% (sumber : http://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)
Hal ini ada kaitannya dengan gaya hidup, tak mungkin dimasa pandemi begini sampah sisa makanan yang berasal dari rumah tangga menduduki posisi teratas. Katanya orang Indonesia masih banyak yang kelaparan, nyatanya sampah sisa makananpun menggunung.
Posting Komentar