√Kisah Cinta Noi [Part 5]

Kisah Cinta Noi [Part 5]

 

muslimah

Assalamualaikum Jidan

Mamiku mengizinkan kamu dan orangtuamu main ke rumah saat libur semesteran nanti.

*

"Assalamualaikum, Sil. Kamu sendirian sholatnya?", tanya Jidan.

"Iya, Jidan. Biasanya aku barengan sama Noi. Hari ini dia lagi ada tugas tambahan di organisasi. Mau selesaikan tugasnya dulu, katanya ".

"Tadi pagi aku dikabari Noi bahwa aku boleh main ke rumahnya sama orangtuaku juga"

"Sisil, memutus pernyataan Jidan. Mas, ada yang harus kamu tahu. Noi itu anaknya penurut dan nggak mau menyakiti hati kakak perempuannya. Jika nanti pernikahanmu ditunda setelah sama-sama kalian berdua lulus jangan kecewa ya. Mungkin itu yang terbaik buat hubungan kalian berdua. 

"Kenapa?", Jidan penasaran.

"Noi akan menikah menunggu kakaknya duluan yang menikah. Assalamualaikum "

Liburan semester telah tiba. Sabtu siang Jidan ke rumah Noi bersama kedua orangtuanya dan juga adik perempuan. Pertemuan disambut hangat oleh orangtua Noi dan keluarga. Disaksikan juga kakak Noi yang saat itu juga di rumah. Hidangan di meja yang memenuhi tempat satu persatu disantap oleh tamu. Canda dan tawa memeriahkan suasana, seakan tamu kali ini adalah saudara dekat. 

Tak terasa  akhirnya, tibalah pada pembahasan yang mengundang keheningan sesaat. Abah Jidan menyampaikan i'tikad baiknya untuk melamar kemudian menikahkan Jidan dengan Noi. 

"Deg, hati Noi berdegup kencang. Memikirkan perasaan si Kakak yang saat itu juga dia mendengar langsung pernyataan tersebut"

"Abah, Kakak ikhlas kok jika Noi lebih dulu menikah. Jidan orang baik, niatannya kesini juga pastinya dengan tekad kuat untuk mempersunting Noi. Disegerakan saja Abah, Mami. Kakak mendukung sekali hubungan mereka berdua"

Seketika itu juga, Noi menghampiri Kakak. Memeluknya, sembari memastikan ucapan kakaknya ini benar dan tulus.

"Kakak ikhlas, jika Noi menikah lebih dulu kak?, tak mengapa jika Noi menunggu kakak menikah dulu"

"Nggak apa-apa, Noi. Jangan menolak laki-laki shaleh yang datang ke rumah dengan niatan baik. Kakak rasa, Abah dan Mami juga bakal setuju. Iya kan, Abah, Mami ?", tegas Kakak.

Mereka kembali berpelukan. 

"Mari, Bapak, Ibu minumannya dan hidangan di meja seadanya ya, ungkap Mami berusaha memecah suasana haru"

"Jika begitu, insha Allah kami menerima niatan baik Bapak, Ibu dan Mas Jidan sekeluarga. Lebih cepat lebih baik ya pak. Mas Jidan, tolong jaga baik-baik Noi ya. Dukung perannya saat ini untuk menuntaskan kuliahnya, dukung Noi untuk selalu menjaga hafalannya, pokok dukung selalu Noi untuk menjadi perempuan yang shalihah. Bapak rasa, Mas Jidan paham maksudnya. Meski memilih menikah di usia muda, jangan biarkan cinta membungkam langkah kaki kalian untuk terus menebar kebaikan untuk sesama. Bekerjalah dengan jujur, pantang menyerah dalam segala kondisi. Bapak meridloi kalian berdua"

Alhamdulillah, begitu kompak sekeliling menjawab.

Noi dan Jidan resmi menikah bertepatan dengan hari raya kurban. Noi tetap melanjutkan studi, beraktivitas sosial di Kampus dengan di dampingi suaminya untuk terus bertumbuh merampungkan S1nya. Demikian juga dengan Jidan. Mahasiswa tajir yang memiliki tiga toko pakaian muslim di Jogjakarta.

Jidan berhasil menaklukkan mahasiswa keren dan cerdas (kece). Muslimah yang begitu aktif dengan debut kegiatan sosialnya membuat Jidan terpesona dengan setiap gerak langkahnya. Muslimah yang kuper, kini menjadi seorang istri seorang mahasiswa tajir di Kampusnya. Siapa sangka, kegigihan seorang muslimah dalam menjaga harkat dan martabatnya, konsisten menjaga ghiroh dalam menuntut ilmu, keajaiban datang menghampiri dengan sendirinya.


Wallohualam Bishshowab

Related Posts

2 komentar

  1. Mungkin enggak gampang ya untuk menerima dan berhati besar mempersilakan sang adik untuk menikah lebih dulu. Keren ceritanya, Kak, manis dan mulussss.

    BalasHapus
  2. Reza Liswara28/7/22 13:53

    Mereka berdua sama-sama beruntung ya, ikut senang membacanya. Aku jadi penasaran kalau seri ini dilanjut bakal seru kayanya hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar