√Cara Menghadapi Tantangan di Lingkungan Kerja, jangan Sampai Stress Ya !

Cara Menghadapi Tantangan di Lingkungan Kerja, jangan Sampai Stress Ya !

Bekerja di lingkungan yang tidak sehat, itu tidaklah mengenakkan. Saya merasakan betul lingkungan ini. Yang ada, stress dan mengeluh yang sering terjadi.

Perkiraanku ternyata salah. Mengira, lingkungan pendidikan itu minim tantangan besar. Nyatanya, tidaklah demikian.

lingkungan kerja toxic
sumber :pexel

Saya meralat kalimat yang kucetuskan sendiri. Semua memang tergantung dari lingkungan, orang-orangnya dan sekuat apa kamu, tergantung juga pada seberapa kamu kuat menghadapi badai ombak di lingkungan tempat kerja. Apa harus resign kerja ? bukan solusi kan ? 

Ciri-ciri Lingkungan Toxic 

Bisa dikatakan, bahasa gaulnya lingkungan toxic ya. Kalau anak muda menyebutnya begitu. Saya merasakan betul, lingkungan toxic sangat tidak bagus untuk berkembang dan bertumbuh.

Namun, ada alasan lain yang tidak bisa diceritakan semuanya. Kenapa tidak memilih pindah saja ?

Banyak yang harus dipertimbangkan bestie? Ini berdasarkan pengalaman ya. Bagiku, ciri-ciri lingkungan kerja yang tidak sehat adalah 

1. Persaingan kurang sehat

Bekerja dengan baik, tetap saja ada yang mencela. Apalagi bekerja dengan tidak baik? lebih dikoreksi lagi. Justru yang mengkoreksi bukan atasan, tapi rekan kerja sendiri.

kalau membahas mengenai rekan kerja, rasanya akan ngalor ngidul karena begitu banyak ha yang menyebabkan beban pekerjaan menjadi berat. Bukan karena tugasnya saja yang bertambah. Tapi, nyinyiran dan koreksi dari teman yang membuat mudah stress.

Hebohnya lagi, ada rekan kerja yang kerjanya cenderung terima beresnya saja. Nyatanya, bekerja di lingkungan pendidikan tak selalu mulus dan minim resiko bestie. Sama saja ternyata.

Ada juga, yang merasa tersaingi. Dikira melebihi kemampuannya, ketika mengajukan pendapat, justru di telan mentah-mentah. 

Yang lebih mengjengkelkan lagi, ketemu rekan kerja yang suka memutar balikkan fakta, atau membalikkan kalimat yang awalnya dia dulu menyampaikan, ketika di forum besar, justru sebaliknya. Pokok, menjengkelkan lah. Membuat bad mood dan lebih baik diam ketimbang banyak omong.

2. Maunya Stagnan, Jalan di Tempat

Ketika mengajak pada peningkatan kompetensi, jarang banget yang mau. Justru, teman dari beda sekolah yang antusias untuk belajar terus. terutama teman guru penggerak.

Untuk diremehkan dan jadi bahan omongan rekan kerja, ku anggap angin berlalu. Karena saya suka belajar dan merasa bahwa sebagai guru harus terus belajar. Mengingat, murid yang dihadapi terus berubah. Tuntutan pemerintah juga demikian, ganti menteri ganti regulasi dan kurikulum. Jadi, mau tidak mau ya harus belajar.

3. Kebanyakan, Penghasilan Mapan

Disini, memang hanya hitungan jari bagi status guru honorer. Lebih didominasi rekan kerja yang berstatus aparatur sipil negara. Toh, kalaupun pekerjaan tambahan tidak dikerjakan, tidak akan mengurangi gaji bulanan dan tunjangan. Saya sempat berfikir demikian, Meski tidak semua terjadi pada aparat sipil negara, bagiku, ini tantangan dan ujian.

Dulu, saya bekerja di sekolah swasta yang statusnya non ASN. Alhamdulillah, minim julitan, tantangan dan lebih ke merangkul untuk perihal kerja tim.

Rasa-rasanya, disini bukan hal yang mudah untuk tetap waras. Mengingat, sekolahnya juga luas, karakter personil yang dihadapi beragam. Muridnya juga banyak, terhitung ada 1000an lebih. Jadi, ketulusan menjadi panutan sangat menjadi hal yang mahal disini.

4. Kadang Diam, Tidak Menjadi Solusi

Awalnya, saya maunya apa-apa biar Allah yang tahu. Namun, konsep ini tidak berlakuk disini. Justru, jika tidak bilang atau menceritakan upaya kita, dianggap tidak bekerja. hiks.

Ini bertentangan banget dengan kepribadianku. Saya sih, maunya tidak demikian. Tidak mau dianggap caper, cari muka dan diksi yang lainnya lah.

Berusaha untuk adaptasi, dan sesekali saya menyampaikan ke tempat , staff dan atasan untuk speak up, bahwa saya bukan orang terpuruk yang tidak ada gerak untuk bertindak. Namun, saya juga guru. manusia biasa yang butuh diapresiasi dan diketahui kemampuan diri .

Meski terbilang telat, semenjak menjadi guru penggerak, rekan kerja tahu siapa saya. Dan, saya punya prinsip, jika bekerja dengan tulus dan baik, semoga ini menjadi jalan kemudahan bagiku ketika saya, anak dan suami mengalami tantangan/kesulitan dalam kehidupan.

Hal ini, tidak bisa disamarakatan dengan semua kondisi. Saya juga bersyukur, dengan kondisi keadaan dan tantangan dalam pekerjaan, saya tidak diam dan berada di level sudah cukup menjadi guru dan menerima semuanya. 

Banyak pelajaran berharga yang didapatkan. Mulai dari menghadapi konflik, menuntun laku murid dalam proses belajarnya. Belajar karakter rekan kerja, dan yang paling menguji kesabaran dan keikhlasan adalah, gimana tetap bekerja dengan baik ketika secara finansial, tidak sepadan dengan apa yang telah diupayakan.

Lantas, gimana caranya bertahan menghadapi lingkungan kerja yang tidak sehat ?

Tips Menghadapi Lingkungan yang Toxic

1. Mencari teman yang mau Mendengarkan

Ketika saya merasakan jenuh, jengkel dan marah. Saya mencari tempat pelampiasan. Menceritakan ke sesama rekan kerja yang saya anggap dia mau menampung sampah dalam pikiranku untuk jadi hikmah pelajaran di kehidupan. 

Sangat sakit, ketika sudah bekerja sungguh-sungguh dan sesuai aturan, tapi, masih saya dianggap kurang oleh rekan kerja. Jadi, bukan atasannya yang ruwet, tapi rekan kerjanya yang cenderung suka mengatur kehidupan orang.

2. Mendekatkan diri pada Tuhan

Biar tidak larut dalam keadaan, selain evaluasi diri. Ya sebisa mungkin membekali diri untuk selalu dekat dengannya. Kadang, jika kita dijahai orang, ingin kan balas balik ? padahal, dalam ajaran agama yang saya anut, islam tidak mengajarkan demikian.

Untuk di level mau mendoakan dan emngikhlaskan, tidaklah mudah.. Saya butuh waktu dan ruang untuk melampiaskan segala emosi negatif, agar tetap bisa bekerja dengan bai, tanpa mengeluh dan tetap menjadi orang baik.

3. Tetap jadi orang baik, apapun kondisinya

Tak semudah teori, kadang up and down. Saya merasa ini yang tidaklah mudah. Namun, jika kita mengingat kejelekan orang, yang ada hanya berburuk sangka selalu. Saya menganggap, ini bagian dari ladang pahala. Yang mungkin, bagi sebagian orang, dianggap sok apalah. Namun, saya yakin, apa yang kita tuai, itu bagian dari apa yang nantinya akan kita tanam.

lingkungan kerja yang tidak sehat
sumber :pexel

Mungkin, ini bagian dari isi sampah dikepala, semoga teman windi yang membaca ini, bisa mengambil sisi positifnya saja. Tidak ada maksud untuk membandingkan, kinerja aparatur sipil negara dengan yang belum. 

Saya manusia biasa, yang bagiku, menulis ini bagian dari ikhtiar untuk tetap bahagia menjalani profesi dengan baik. No. mengeluh, No. debat dan karena lillah. Bismillah


Related Posts

Posting Komentar