√Rekam Jejak 'Kehamilan Pertama"

Rekam Jejak 'Kehamilan Pertama"

Dulu aku berfikir ketika sudah menjadi istri itu enak. Hidup ada yang mencukupi kemudian punya anak dan ada sandaran hidup tempat berbagi. Kenyataannya, tak semulus itu ferguso. Setiap manusia dituntut untuk belajar dewasa dengan menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang lain hanya support, keputusan mengambil langkah kedepan berada ditangan kita sendiri. 

Magelang adalah kota penuh kenangan. Merantau disana, kuliah, mendapatkan pekerjaan, bahkan mendapat suamipun di sana. Tahun 2017, menjadi moment berharga waktu itu, menikah disaat kontrak mengajar belum selesai. Walau sudah menjadi komitmen bersama, tetap saja untuk melewati proses long distance marriage itu tidak mudah. Tetap bersyukur, mampu melewati masa-masa itu dengan cukup baik. 

Tinggal bersama mertua

Ada yang mengatakan bahwa hidup bersama mertua itu tidak enak. Pasti ada crash, dan lain-lain.  Padahal, tidak semuanya seperti itu. Tergantung kita sendiri yang menyikapi. Ada senang, ada juga sedihnya. Senangnya, bisa belajar dari mertua tentang kehidupan nyata menjadi seorang istri sekaligus menjadi menantu yang punya tanggung jawab untuk merawat orangtua. Mertua juga orangtua kita bukan? 

Saat masih menjadi pengantin baru, hanya seminggu aku berkumpul dengan suami. Selebihnya LDMan yang terpisah jarak antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demi menyelesaikan kontrak kerja yang masih dua tahun, kemudian hamil di tiga bulan pertama pernikahan bahkan melahirkan pun  masih ikut mertua. Semua kujalani dengan penuh rasa syukur. Keluarga besar suami begitu peduli dan sangat penyayang. Jika dibandingkan dengan kepeduliannya dengan saudaraku, ada perbedaan yang jelas. Namun, aku mencoba untuk menata hati yang kadang ada kerikil kecil menyandung. 

Hamil Pertama dan Mengajar

Yaps, keseharianku mengajar disalah satu sekolah swasta menengah pertama yang ada di Kabupaten Magelang. Pergi pagi pulang sore, kadang kalau hari ahadpun masuk karena ada kegiatan. Waktu disekolah dengan dirumah memang lebih banyak di sekolah. 

Sempat ada rasa khawatir, jikalau tidak segera dikaruniai anak. Karena pertanyaan kapan punya momongan sudah puluhan kali terdengar ditelinga. Alhamdulillah nya, Allah langsung mengabulkan ditiga bulan pernikahan. 

Tidak berhenti sampai disini, persoalan muncul saat di trisemester pertama kehamilan. Mulut rasanya nggak mau menerima makan sayur. Yang ada diotak hanya makan nasi dan lauk saja. Entah kenapa. Pernah juga pas kontrol ke dokter spesialis kandungan, malah di vonis sementara kalau janinku tidak berkembang (kehamilan kosong). Saat itu kondisi sedang flu dan nggak karuan.

Sempat shock dan pesimis. Bagaimana dengan janinku ? Aku disuruh kembali lagi periksa dua minggu lagi. Selama menunggu aku berdoa dan konsultasi dengan orang terdekat. Hanya pasrah, dan qodarulloh Allah maha baik. Janinku sehat dan ketika di USG sesuai usianya. Ada rasa bahagia dalam diriku, yang mana aku harus tetap semangat menjaga diri dan menjaga janin dalam perut ini.

Suamiku jarang pulang kampung, hal ini juga yang sering membuatku rindu menggebu ingin dimanja, dibelikan makanan dll. Namun, aku belajar kuat dan sebisa mungkin menjaga diri untuk tetap sehat. 

Trisemester Kedua Kehamilan

Di fase ini, aku mencoba setting mindset bahwa aku doyan makan sayur lagi. Ternyata setting mindset ini sangat memberikan efek ke diriku, yang akhirnya mau menerima makan sayur lagi. Yeay, senang pastinya. Minum air putih juga ku target. Minimal 2 liter per hari. Demi air ketuban bagus.

Kehamilan pertama, perut baru kelihatan gedhe di usia kehamilan 7 bulan. Ada yang nanya juga kok perutnya nggak kelihatan besar mbak?. Senyum saja lah ya .

Diberi anugerah untuk merasakan hamil bagiku sangat luar biasa. Apalagi tahu kalau janin sudah mulai bergerak, Masha Allah. Betapa besar anugerah yang Allah berikan kepada hambanya. Berasa nggak percaya beneran atau tidak? Maklum, saking senangnya. 

Jadi teringat tiap kali periksa ke dokter kandungan, selalu ditanya suaminya mana? Kerja pak, sambil senyum jawabku. Hal ini yang masih menempel di memori otakku. Mengharuskanku untuk mandiri dari segi apapun. Walau sebenarnya ingin juga diantar periksa oleh suami sekali saja, kenyataanya zonk. Mengabadikan moment, dengan foto diri sendiri,  menyimpan hasil USG dan aku benar-benar tipe orang yang detil. HB, tensi darah, berat badan aku perhatikan. Jangan sampai tidak mencapai ketentuan dan ada hal yang membuat gagal lahiran normal. Bukan maksud mendahului, tapi aku memang usaha terus dengan memberikan yang terbaik untuk janinku.

Bahkan kalau kontrol aku mix ke dokter spesialis kandungan dan ke puskesmas. Vitamin dari dokter lebih membuat diriku tenang karena pastinya dokter tahu vitamin ibu hamil yang cocok untuk perkembangan janin. Bukan berarti menyepelekan cek di puskesmas ya. Antara bayar vitamin dan tidak tentu kualitas vitaminnya berbeda dong ya. 

Sebenarnya akupun senang kontrol dipuskesmas. Untuk cek HB, cek darah dll aku lebih senang kesana. Karena biayanya juga murah. Semua tempat yang aku pilih, sangat memberikan kepuasan bagiku. Tempatnya dekat dengan sekolah, dan aku lebih leluasa untuk mengatur jadwal mengajarku.

Trisemester Ketiga Kehamilan

Postur tubuhku berubah drastis, perutpun semakin membesar. Nambahnya lumayan berat badanku, sekitar 15,5kg dari BB awal 49kg. Aku menikmati banget proses kehamilan ini. Naik motor sendiri tiap pergi dan pulang kerja. Alhamdulillah nya janinku sehat terus, walau sering kuajak beraktivitas padat. Tentu kalau capek aku memilih istirahat. 

Detik-detik mau lahiran karena sudah berada di Minggu ke 39. Yang mana waktu itu janin sudah mulai berkurang geraknya. Konon, itu tanda bahwa bayi mau keluar. Ternyata benar, diminggu ke 39 lebih 4 hari aku lahiran di salah satu bidan di kota Magelang dengan gentle birth. Meski tidak didampingi suami, Alhamdulillah proses lahiran berjalan lancar. Walau awalnya sempet pesimis dan takut SC karena pembukaan lama. Qodarulloh, bisa melewati semuanya dengan nafas lega. Dari situlah perjuanganku menjadi ibu dimulai. 

Juni, tahun 2019 aku resign mengajar setelah kontrak selesai, dan menyusul suami ke Jawa Timur untuk tinggal bertiga. Alhamdulillah. 

"Wanita diberi kelebihan perasaan untuk menempa segala rasa. So, tetap kuatlah disegala kondisi"

Windi Astuti
Fulltime mom yang suka menulis

Related Posts

Posting Komentar