Nasi Pecel Tumpang Legendaris Bu Nasih

Daftar Isi

Pecel tumpang Bu Nasih uenak tenan. Tiga hari berturut-turut tiap sarapan aku nggak bosen beli nyepeda kesana hlo. Begitulah salah satu testimoni pelanggan Bu Nasih.

Pindah ke Kediri belum lama, ingin mencoba kuliner di Kediri kayaknya asyik juga. Sayang, terkendala karena covid. Eh, bukan anak kulineran juga sih. Dari dulu pengen nyoba pecel tumpang legendaris yang enak. Ternyata, dekat rumah ada. 

Pecel tumpang Bu Nasih uenak tenan. Tiga hari berturut-turut tiap sarapan aku nggak bosen beli nyepeda kesana hlo. Begitulah salah satu testimoni pelanggan setia Bu Nasih. Yuk, cari tahu selengkapnya.

Apa itu Pecel Tumpang

Orang pendatang kayak saya mendengar nama makanan ini cukup membuat saya penasaran. Tapi tidak dengan suami. Beliau nggak doyan.

Nasi pecel, kawan-kawan sudah pasti tahulah ya. kalau nasi tumpang, nasi dikasih kuah tumpang yang dilengkapi dengan sayuran dan rempeyek. Kalau nasi pecel tumpang ya nasi dikasih sayuran rebus, disiram sambel pecel dan tumpang. 

tumpang ini bahan yang nggak boleh tertinggal adalah tempe semangit. Tempe yang sudah difermentasikan selama 2-3hari. Konon, tempe semangit inilah yang bikin tumpang jadi uenak dan sedap.

Pecel Tumpang bisa ditemukan di Jawa Timur. Karena memang ini makanan khas dari Jawa timur, khususnya daerah Kediri, Kertosono, dan Nganjuk. But, mungkin dikota lain juga ada. Namun, resep legendaris yang menjadi awal terkenalnya nasi pecel tumpang so pasti dari Jawa timur. 

Untung suami nggak doyan nasi pecel tumpang, secara emak juga nggak bisa cara masaknya. Hhhha. Barangkali resep ini bisa jadi inspirasiku buat yang mau nyoba. Langganan resep yang selalu jadi rujukan belajar memasak ku dari cookpad ya mbak Susie agung (klik disini ).

Ojo lali rek, kalau ke Jawa timur nyobain nasi pecel tumpang. Tinggal Googling aja, google map pasti jujur akan ngasih tahu. Heeee. Maklum, selama pindah Kediri emak dirumah aja. Bukan hobi kulineran. Kalau bepergian pun, juarang banget jajan di warung atau resto.

But, menulis kuliner ini menjadi tantangan emak sebenarnya. Tetap, niat ingin mengenalkan kawan-kawan dengan makanan khas Kediri tidak menyerah. 

Nasi Pecel Tumpang Legendaris Dekat Rumah

Masuk di tahun kedua pindah Kediri, baru tahu nasi pecel tumpang Kediri yang legendaris bulan lalu (Juli). Itupun taunya dari tetangga depan rumah. Duo anaknya ketagihan makan nasi pecel tumpangnya Bu nasih tiap pagi.

Tampilannya sih sama dengan nasi pecel tumpang lainnya. Auto nyobain beli kemarin dan qodarulloh tinggal nasi pecel saja. Hhhhhha

Ya sudah deh, daripada balik kanan dan perut keburu keroncongan akhirnya beli nasi pecelnya. Sekaligus wawancara mini sama Bu nasih. 

Menunggu beberapa menit, usai Bu sih (panggilan akrabnya) membungkus kan delapan nasi pecel si ibu yang mau dibawa ke sawah. 

Buka jam berapa to Bu ?

Sak iki bakule sak penakke mbak buka.e. mulai jam setengah enam sampai jam delapan. Maksimal jam 10 pagi

Bu sih sambil membungkus nasi, dan ngobrol santai dengan salah satu temannya sesama bakul nasi juga. Saya lihat dagangan dimeja wis habis. 

Mbok Nah sebelah kiri

Sehari habis berapa bungkus Bu ?

Bu sih bingung menjawab. Malah menatap wajah temannya. Bu sih ini kurang tanggap memang, maklum belakang an ini penyakit darah tingginya kumat. Sedikit mempengaruhi daya ingatan Bu sih.

Yang jelas, nasi pecel tumpang yang sekarang ditekuni beliau menjadi penjual nasi, resepnya turunan dari ibuknya. Jadul banget, sejak dulu belum ada banyak warung "Almrh Mbah Mah sudah jualan". 

Dulu laris banget, lebih dari tiga kilo nasi habis. Sekarang, terjual tiga kilo saja wis Alhamdulillah. Saya terheran-heran dengan latar belakang sejarah pecel tumpang.e Bu sih. 

Kalau dihitung sudah berusia 30 tahunan. Kalau kata Bu Nasih sih pas dulu beliau masih kecil almrh Mbah Mah sudah jualan. Kini usia Bu sih 45 tahun. Pantes saja ya, nasi tumpang e tetap laris.

Corona sungguh memberikan dampak, sayapun bertanya akan kondisi ini kepada mereka..yang tadinya menjual nasi 3kg, dikurangi sekilo jadi 2kg. Imbuh teman Bu nasih,sesama penjual nasi. Selain itu, sepanjang jalan juga buanyak yang jualan mbak,"ujarnya". 

Nasi Pecel Tumpang Bu Nasih, Enak dan Harga Terjangkau

Kalau menurutku dengan harga Rp. 7000,- sudah bisa menikmati pecel tumpang enak sudah pasti masuk deretan list dan sesuai lidahku. Enak tur murah, begitulah pepatah Jawa mengatakan. 

Nasi yang dibubuhi sayuran rebus disiram sambal pecel plus kuah tumpang ditambah kerupuk dan rempeyek udah wow banget. Dibungkus pakai kertas minyak dilapisi koran dan diikat pakai karet. Khasnya begitu. Sayang, saya hanya bisa menatap keseruan duo anak tetangga yang membuat saya ngiler. Nyoba beli sendiri kok ya kehabisan. Maklum, belinya jam sembilan. Kwkkwkwkw.

Dan nasi pecelnya memang enak.  Rasanya pedas dan tidak bikin eneg. Racikannya pas dilidah. Buat anak kulineran wajib coba deh ya kalau pas melewati jalan dekat rumahku

Atau pas main kerumah boleh nanti sarapan di sana. Eh, bungkus aja kali ya karena masih pandemi. Bukanya mulai pukul 05.30-10.00 saja ya. Alamatnya di desa Sambirejo. RT RW nya saya lupa tanya. Maaf

Warung Mbok Nah " Bu Nasih"

Bu sih capek kalau disuruh nungguin warung buka. Hhhhhha. Paling jika ada yang beli lauk saja, rempeyek atau kopi. Beliau ada kesibukan yang lain mungkin. Dan dengan fisiknya yang tidak sekuat dulu. 

Setiap kali melewati warung tersebut, dulu-dulu cuman menyimpan tanda tanya. Menjual apa sih ya warung itu, kalau pagi jadi jujugan orang beli. Dan ternyata nasi pecel tumpang Bu sih enak dan legendaris. Resepnya turunan dari Mbah Mah.

Tips Jajan diluar, Apa Saja Yang Harus Diperhatikan di Musim Pandemi 

Kalau saya sih yang pasti berdasar testimoni dari orang terdekat yang buat saya percaya untuk mencoba. Selain itu saya lihat harganya dan itu makanan apa.

Kalau ditempat baru atau nggak faham lokasi ya dilihat saja sih warung/restonya yang paling banyak dikunjungi orang berarti enak. 

Tempat yang strategis sudah pasti menjadi idolaku. Ada tempat ibadah dan kamar mandinya alias buat biang air kecil/besar. 

Kalau warung mbok nah ini warung kecil di desa sih ya, jadi wajar tempatnya tidak sekeren kelas resto atau rumah makan besar. 

Menu makanan sudah pasti menjadi incaran, sesuaikan selera lidah dan isi kantong. Kalau makan enak tapi merogoh kantong ya lebih baik tidak deh ya. 

Jika masih ada opsi lain dengan menu sama dan harga lebih bersahabat kenapa tidak. Selama pandemi, tidak makan ditempat menjadi kebiasaan baru yang bisa dijunjung. 

Menghindari berkerumun, tetap menjaga jarak dan memakai masker. Pasti sudah rindu berat kan bisa kulineran diluar sambil berwisata. Sama kok, saya juga rindu cuci mata diluar. 

Kalau mau gofood juga bisa.