Pengalaman Isolasi Mandiri Dirumah Bersama Suami Dan Anak
Juli 2021 menjadi saksi bahwa saya, suami dan anak positif covid-19. Tetap bersyukur, dikasih nikmat sakit dan wajib isoman selama 14 hari dirumah. Nah, bagaimana perjuangan kami melawan virus covid 19 ketika si kecil juga dinyatakan positif ?. Inilah cerita kami, menjalani isolasi mandiri dirumah saja bersama suami dan anak.
Awal Mula Terkena Virus Covid 19
Setelah liburan sekolah ( Juli 2021), varian baru bernama virus covid delta senang berkeliaran di bumi pertiwi ini. Rasa khawatir sebagai seorang ibu yang masih memiliki anak batita saat keluar rumah pasti ada. Jujur, setelah diajak pergi suami berkunjung (Awal Juli) kerumah saudara saat pemerintah memberlakukan PPKM membuat hati ini gelisah. Pikiran kemana-mana.
Suami masih aktif masuk kantor. Hanya saja masuknya memakai system shift. Kadang berangkat siang, kadang berangkat pagi pukul 07.00. Sesuai jadwal yang ada dikantor. Begitu juga dengan saya yang bekerja dari rumah (WFH=Work From Home)
Tanggal 9 Juli, suami mengeluh sakit dan merasa tidak enak badan. Pulang lebih awal dari biasanya. Demam, batuk dan pilek. Padahal dua bulan lalu serumah juga habis terkena batuk dan pilek.
Kali ini berbeda. Suami duluan yang mengalami demam naik turun selama 4 hari. Tanggal sepuluhnya Mas Andra juga mengalami demam, namun hanya dibagian kepala saja. Pikirku, Mas Andra demam karena efek kehujanan di jumat sore saat perjalanan saya jemput dari sekolah ke rumah.
Waktu itu saya masih strong. Wara-wiri seperti biasanya.
“Ayah, hari Senin masuk kerja tidak”?, pertanyaan yang saya lontarkan untuk memastikan kondisi ayah semakin membaik. Saat saya tanya , sudah tidak demam jawabnya dan beliau menjawab, fix masuk kerja. Oke, sayapun beraktivitas seperti biasanya. Di hari efektif saya WFH, sedangkan Mas Andra belajar bersama teman-temannya di sekolah (lebih tepatnya di daycare).
Kondisi Mas Andra juga demam naik turun. Saya tidak begitu worry karena dia masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Jingkrak-jingkrak, lari-larian bersama teman. Bahkan tidak flu dan batuk. Saya suruh istirahat dirumah Mas Andranya tidak mau. Maklum anak kecil, maunya polah.
Senin (12 Juli ) saya mulai merasakan tidak enak badan. Dihari itu juga bawaannya ingin rebahan terus. Namun keadaan mengharuskan tidak demikian. Saya dan suami bergantian membersamai anak bermain, walau penuh drama bawaannya ingin marah-marah.
Saya merasakan lemas cukup berat, nafsu makan menurun dan tenggorokan agak tidak enak. Persis seperti mau terkena flu dan batuk. Ditambah nyeri otot bagian punggung yang membuat saya bertanya-tanya. Kok ini rasanya berbeda ya?, tanya dalam hati.
Kamis, akhirnya suami mengajak swab antigen. Pesan masuk saya buka setelah beberapa menit saya istirahat karena pulang dari sekolah. Posisi Mas Andra masih di daycare. Saya dan suami swab dengan biaya mandiri. Awalnya risau, jika benar-benar positif. Bagaimana dengan anak nantinya?
Di jalani saja, kata suami. Tidak usah berfikiran yang aneh-aneh namun tetap saja, kebawa negative thinking. Karena feeling juga sudah ada tanda kalau ini benar-benar virus covid, menata hati supaya semua baik-baik saja.
Begitulah, kenyataan hidup. Setelah ditelusur, suami ada kontak dengan salah satu teman di kantor yang secara tidak langsung orngnya sudah OTG. Sholat bareng dan ngobrol bareng. Ya wis, disaat kondisi suami tidak benar-benar fit, virus itu menyelundup di jalur pernafasannya. Karena memang waktu itu kok ya pas suami melakukan program diet mengurangi makan nasi pada jam makan malam.
Huft, berpengaruh juga ternyata. Saat cuaca kurang bersahabat, asupan makan yang banyak dan bernutrisi sangat dibutuhkan.
Tindakan pertama, Ketika Dinyatakan Positif Covid 19 oleh Tenaga Kesehatan
Virus varian baru ini cukup cepat menyelinap masuk. Jika tidak ekstra hati- hati, ketika imun tubuh anda tidak strong, ada kemungkinan bisa terjangkit virus ini.
Karena kami juga bagian dari pengurus lingkungan perumahan, dengan penuh kesadaran kami melapor pada ketua lingkungan. Melapor ke bidan setempat dan tentunya hal ini langsung diketahui oleh Kepala Desa setempat. Kebetulan juga kami sudah pindah status penduduk dari awal hijrah ke Kediri.
Alhamdulillah, respon positif dari semua pihak begitu antusias mendukung suksesnya isolasi mandiri kami. Meski hari sabtunya, yakni selang sehari kami dinyatakan positif covid, giliran anak yang akan diambil tindakan swab.
Tak ada pesiapan apapun bahkan yang biasanya saya selalu melakukan obrolan kecil sebelum mengajak Mas Andra kemanapun, kali ini tidak. Modal bismillah saja, semoga swab anak lancar. Walau penuh dengan drama, di saat saya harus menyaksikan anak di colok hidungnya diatas pangkuanku. Sungguh, sebagai seorang ibu saya tidak tega melihatnya.
Sakit bunda, sakit bunda.
Rangkain kata itu terus yang keluar dari mulut Mas Andra. Dari Puskesmas sampai ke rumah, di sepertiga perjalanan Mas Andra baru mau diam dan mau minum susu kotak yang sudah saya siapkan di awal. Menghiburnya dengan omongan receh sambil menikmati perjalanan yang cukup panjang karena kami memilih jalur yang lebih lama sebagai upaya untuk menghiburnya.
Bantuan obat, makanan dan bahan pokok memenuhi isi dapur kami. Masha allah. Kondisi ini membuat kami menjadi tenang walau harus menjalani isoman dirumah saja. Empat belas hari uprek dirumah saja memperkuat bonding kami kepada anak.
Cara Cepat Melawan Virus Corona
Saat kami isoman, kebetulan berbarengan dengan kakak Ipar yang sekaligus sebagai tenaga kesehatan di Magelang. Selain konsultasi obat untuk kesembuhan, suami juga memesan obat covid lewat kakaknya. Jauh banget ya pesan obat saja sampai di Magelang.
Waktu itu, suami nyoba nyari obat di apotek terdekat tidak ada. Mungkin obatnya hanya di drop di Rumah Sakit besar saja. Selain itu, Bidan (Puskesmas) setempat juga membantu obat berisi suplemen yang wajib diminum. Kantor suami kerja juga ngirim obat buanyak sekali. dari teman kerja di Blitar juga mengirim obat herbal. Masha allah, bantuan darimanapun berdatangan.
Hari kedua (Hari kelima dari awal saat merasakan tidak enak badan ) isoman, saya mengalami anosmia total. Indera pencium dan perasa saya tidak berfungsi dengan baik. Beda dengan suami. Hanya hidung sebelah saja yang tidak berfungsi dengan baik dan hanya bisa merasakan rasa asam, itupun tidak normal seperti biasanya.
Kondisi ini berlangsung sampai hari kedelapan isoman. Hari kedelapan malam, indera pengecap saya mulai berfungsi lagi. Kata Dokter, anosmia ini sebagai bentuk melawan virus covid.
Apa saja yang kami lakukan selama isoman, biar seger pulih ?. ini dia resepnya :
Makan dan minum secara teratur
Rutin berjemur.
Minimal 10 menit pada pukul 10.00 keatas. Maksimal pukul 12.00. kalu saya minimal 30 menit sih. Sekalian menghangatkan badan. Berjemur ini membuat saya nagih. Lumayan kan, menambah vitamin E secara alami.Minum obat dan suplemen sesuai petunjuk dokter.
Rutin melakukan teraphy hidung.
Istirahat Yang Cukup.
Tetap memakai masker, dan menjaga kebersihan
Saat terkena batuk dan flu biasa, saya sudah biasa diserang batuk yang cukup berat. Bahkan langganan lama kalau bapil, huft. Saat terkena covid sungguh menguji kesabaran. Karena saya ingin segera sembuh.
Sering memakai masker, bawa handsanitizer atau sering cuci tangan karena batuk saya sungguh aduhai, sampai keperut. Sedangkan saya bersinggungan dengan anak kecil untuk mengurangi gejala pada anak, saya tetap pakai masker walau dinyatakan positif semua.
Kalau suami malah sudah berkurang gejalanya, disat saya harus bersabar menunggu batuk dan flu reda. Alhamdulillahnya semakin hari kondisi kami semakin membaik. Termasuk kondisi anak yang sudah tidak demam.
Awal-awal terkena virus dan dinyatakan positif covid, kami bertiga tidurnya sendiri-sendiri.
Baru berani lepas masker dan tidur bareng anak saat kondisi sudah semakin membaik dan isoman hampir selesai.
Alat makan dan minum kami sendirikan. Jujur, biasanya kami minum digelas yang sama. Ini yang tidak bagus disaat pandemic begini. Kamar mandi juga demikian. Mas Andra mandi diluar. Saya dan suami mandi didalam karena memang kamar mandinya cuma satu.
Kalu menurut penjelasan dokter Ning, kalau kamar mandinya satu usahkan ventilasinya cukup beri jeda 30 menit sebelum kamar mandi digunakan orang berikutnya.
Alhamdulillah, hari keempat belas kami selesai isoman. Keluar rumah hari kelima belasnya. Suami swab juga hasilnya negative. Saya dan anak tidak swab lagi berdasar surat rujukan puskesmas setempat kami sudah bebas isoman
Hikmah Menjalani Isolasi Mandiri Dirumah Bersama Suami Dan Anak
Menjadi kesempatan emas buat kami bertiga untuk menjalani hari- hari dengan penuh semangat. Semangat untuk sembuh agar bisa beraktivitas kembali seperti semula.
Dari awal menikah kami menjalani hubungan LDM, punya anak dan bisa kumpul satu atap itupun suami banyak kerja diluar. Moment isoman sangat membantu kami untuk lebih mengerti satu sama lain. Bonding semakin kuat terhadap anak, dan kita juga jadi faham betul kondisi masing-masing dari awal bangun tidur sampai tidur lagi tanpa ditinggal beraktivitas keluar.
Jujur, bosen juga sebenarnya ibarat liburan memang, bedanya nggak bisa kemana-mana saja. Satu hikmah yang membuat saya dan suami senang. Mas Andra jadi mudah kalau disuruh minum obat. Bermula dari sering dipaksa minum obat. Sekarang jadi mudah saja tanpa perlu memaksa seperti di awal.
Mungkin karena terlalu sering melihat ayah dan bundanya minum obat di depannya. Sering bergantian juga di sengak (apa ya bahasa mudahnya di sengak ? he). Dengan kreativitas Mas Andra Sendiri momok takut minum obat hilang dengan sendirinya.
Itulah pengalaman kami menjalani isolasi mandiri dirumah saja bersama anak dan suami. Semoga tetap tenang dan berkenan membaca sharing saya. Tetap bersyukur pokoknya. Masih diberi nikmat menjalani kehidupan dan bisa menghirup udara segar sampai sekarang. Terimakasih covid.
Terimakasih Allah yang telah memudahkan segalanya. Kena covid atau tidak itu urusan Allah menurutku. Saya dan suami sudah vaksin covid 1&2. Lumayan, meringankan gelaja yang timbul saat dinyatakan positif.
Bahkan kami enjoy saja saat isoman. Tidak sampai mengeluh karena gejala sesak nafas atau yang lainnnya. Alhamdulillah bebas dari sesak nafas. Be posthink, intinya.
Kakak ipar saya ada riwayat asma dan jantung. Beliau tidak timbul gejala berat saat isoman. Tetap bersyukur .
Dikondisi genting seperti in, cara terbaik selalu minta sama Allah untuk dilindungi dari segala hal yang memperburuk keadaan. Itu salah satunya.
Tetap semangat menikmati hidup ditengah sulitnya bergerak di pandemi ini. Semoga bermanfaat.
kemarin kakak saya yang tinggal di Jogja terkena Covid !9
karena sendirian, dia kelabakan, apalagi kita , adik-adiknya yang tersebar di kota lain
Pasca isoman dan kembali beraktivitas, prokes 3M jangan dilupakan dan tetap jaga pola hidup sehat. Makasih pengalamannya kak, berkesan.
memang pandemi ini menghantam jiwa raga kita semua.
semogaaaa semuanya segera sembuh, sehaaatt
Indonesia bebas covid, aaaamiiinn!
Memang beda-beda gejalannya ya, allhamdulillah kalau yang ringan ya mbak. Sehat-sehat kita aamiin. udah aku follow blognya mba