√Biarkan Aku Mati Saja

Biarkan Aku Mati Saja

fiksi mini

Hutan itu tidak lebat, hanya berisikan banyak pepohonan yang tinggi menjulang. Didalamnya terdapat panggung dari batu yang di design macam podium, kursi panjang berjejer yang di poles dari pasir dan semen. Adalah bagian dari penghias Hutan yang berdiri megah ditengah-tengah Kota Kediri. 

Keindahan alam yang dibuat oleh tangan manusia ini, mengundang wisatawan mancanegara untuk singgah sementara. Bersih, nyaman dan teduh. Tak jarang membuat para remaja bercengkrama disana. Melakukan diskusi atau sekedar foto selfi. 

Njid, aku ingin mengulang kisah cinta kita disana. Awal pertemuan kita di hutan tengah kota yang memancarkan pesona keindahan. Layaknya kata-kata manismu pada waktu itu. Seakan memberikan janji pasti akan masa depan kita. 

Sayang beribu sayang, kepergian mu yang ijin hanya untuk mencari pekerjaan di tanah metropolitan, tak kunjung segera kudapatkan kabar terbaru darimu. Tiga tahun telah berlalu, tak pernah kudapatkan lagi kabar terbaru tentangmu setelah engkau berikan kabar bahagia, bahwa engkau sudah mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kabar tak selalu memberikan janji manis. Nyatanya, kabar baik itu tanda berakhirnya aku mendapatkan cerita tentangmu.

Usai sudah, segala penantianku akan kehadiranmu. Kucoba hubungi nomormu, ternyata gagal terus. "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif". Nekad, aku menyusulmu kesana. Satu bulan mencarimu, kurelakan uang sakuku habis ditelan waktu. Pencarianku tidak membuahkan hasil. 

Hari terus berganti, kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman melanjutkan kehidupan. Apa mau dikata, kedatanganku disambut keramaian yang membuatku penasaran. Berjejer mobil hitam berhiaskan bunga di depannya. Riuh suara tabuh gendang beriringan. Hatiku berganti suasana riang. Senyum lebar melihat keramaian di depan mata. Akupun turut menyaksikan kegembiraan banyak orang disana.  Aku jadi berandai-andai. "Memakai gaun putih panjang, bersolek elegan. Digandeng pria idaman, yang telah lama kukenal" .

"Nduk, kamu sedang apa berdiri disini", Mpok Inah menepuk bahu kirinya.

"Mpok, Inah, bikin kaget saya saja".

"Ayo masuk ke dalam. Acara pernikahan Tuan Dori akan segera dimulai hlo". 

Jantung perempuan itu berdegup kencang. Seakan ia tak salah mendengar akan nama pengantia pria yang Mpok Inah maksud.

"Mpok Inah bilang, Tuan Dori?".

"Iya nduk".

Seketika air matanya menetes perlahan. Tubuhnya lemas tak karuan. Perempuan itu masuk di kerumunan para tamu undangan dan warga sekitar.

Dari kejauhan, nampak pengantin pria memakai baju adat putih duduk berdampingan di kursi singgasana bersama pengantin perempuannya. 

Astagfirullahal 'adzim 3x

Air mata menetes semakin deras. Perempuan itu berlari sekencang-kencangnya menuju arah yang tak pasti.

Membayangkan bagaimana perjuangannya menyusul pujaan hati. Berujung pengkhianat yang tak pernah terpikirkan di hati sang perempuan. Jika ini adalah balasannya, biarkan aku mati terhanyut ke dalam sungai ini. Njid, panggilan kesayanganku. Semoga engkau bahagia bersama wanita pilihan mu, yang ternyata itu bukan aku.


Related Posts

2 komentar

  1. Enggak apa-apa, akan ada pengganti yang mencintai dengan tulus.

    BalasHapus
  2. Kenapa nggak dikabarin sih kalau mau menikahi orang lain, ikutan sebal dan sedih rasanyaa..

    BalasHapus

Posting Komentar