√Noi, Perempuan Tangguh Berpendirian [Part 3]

Noi, Perempuan Tangguh Berpendirian [Part 3]

muslimah

 "Soal hati pasrahkan sama Allah, Noi. Aku rasa kamu lebih paham"

"Berat bagiku, Sil. Baru kali ini aku merasakan gugup, khawatir, bingung juga mau bagaimana saat disukai laki-laki"

"Iya, aku mengerti perasaanmu. Kamu juga harus punya sikap yang jelas, nggak menggantungkan perasaan orang lain. Jujur saja dengan isi hatimu itu cenderung bagaimana. Iya jawab iya, enggak ya jawab enggak dengan memberikan alasan yang tidak menyinggung perasaan orang lain".

"Aku mulai mendapatkan pencerahan darimu, Sil. Sebenarnya akupun ada rasa dengan laki-laki itu. Mungkin dia ngajak ketemuan karena kerasa juga kali ya, isi hatiku ini bagaimana. Kalau misal aku jawab iya, gimana Sil, buat ketemuan di Malioboro Sabtu malam Ahad besok?"

"Ya terserah kamu dong"

"Maksudnya, aku mau ajak kamu untuk menemaniku ketemuan sama dia"

"Oh, jam berapa memang?"

"Jam 7 malam usai sholat isya , gimana ?"

"Oke deh aku temani besok malam Ahad"

"Terimakasih ya ,Sil" 

(berpelukan)

*

Tibalah akhirnya, Sabtu malam Ahad. Kali pertama Noi pergi janjian sama laki-laki seumur hidupnya. Ditemani Sabahat baiknya, Sisil. Noi berpakaian muslimah warna soft pink, dengan aksesoris tas ransel berisi Alquran kecil yang selalu dibawa kemana-mana. Sedangkan Sisil, memakai baju atasan dan bawahan rok berwarna krem.

Jidan, laki-laki yang menyukai Noi sejak awal semester satu. Dia suka memantau Noi dari kejauhan. Sampai mendapatkan nomor handphon Noi adalah sebuah bukti bahwa Jidan benar-benar menyukainya dengan tulus. Maklum, Noi muslimah kuper jadi agak lambat merespon isi hati Jidan.

"Assalamualaikum Noi, mbak "(Jidan menyapa Noi dan Sisil dan memberikan salam)

"Waalaikumussalam"

"Oh, ini to laki-laki yang kamu maksud, Noi?", tanya Sisil

"Hush, Sil, kamu malu-maluin aku saja"

"Iya mbak, Aku Jidan, Nama Mbak Siapa?"

"Aku Sisil, sahabatnya Noi"

"Jidan, malam ini kita mau ngobrolin apa", sahut Noi"

"Oh, sebentar, kamu berdua mau makan apa? aku bantu pesankan ya"

"Masha Allah, ini laki-laki sopan banget, Noi. Beruntung kamu", bisik Sisil.

"Aku ikut kami aja deh, Jidan sama minumnya terserah, tegas Noi".

"Itu saja mas, nasi goreng agak pedes sama jeruk hangat. Noi suka itu, celetuk Sisil".

"Oh, baik kalau begitu, aku pesankan dulu ya"

(Mereka bertiga makan malam bersama)

 Jidan mengawali pembicaraan.

"Noi, kapan aku bisa silaturahim ke rumahmu? Aku mau ajak Abah dan Umiku menemui keluargamu"

Deg

"Uhuk, Noi tersedak"

Suasana hening seketika. Noi meneteskan airmata

"Noi, baik-baik saja?", tanya Jidan memastikan.

"Nggak apa-apa mas, wajar, Noi ini mudah nangis orangnya. Tenang mas, sahut Sisil"

"Bu ... Bu ... buat apa Jidan mau ke rumahku?

"Aku ingin melamarmu, Noi. Aku sudah ijin dan menceritakan rasa sukaku sama Abah dan Umi. Mereka merestui jika Noi adalah wanita yang aku cari selama ini. Aku ingin kita lebih halal dalam menjalani hubungan serius, bukan untuk main-main"

"Apa kamu tidak memikirkan untuk kedua kalinya, Jidan. Aku baru semester lima. Kuliah belum selesai, sedangkan aku ada amanah besar dari kampus untuk aktif dalam berkegiatan. Jika kita menikah bagaimana nantinya?.

"Aku akan dukung penuh segala aktivitasmu, Noi. Aku yakin kamu bisa melakukan itu"

"Noi butuh waktu deh , mas, sahut Sisil sambil mengelus-elus pundak Noi"

"Oke, jika begitu, aku tidak memaksa kamu Noi, imbuh Jidan"

Makan malam berakhir dengan tetesan airmata kebahagiaan dari Noi. Sisi lain dia bingung mau menjawab apa dengan kondisinya dalam keluarga. 


(bersambung)

Related Posts

2 komentar

  1. Wkekek kok gemess. Aku kalo jadi si Noi juga bakal panik banget. Baru ketemu langsung sat set sat set, tapi memang kudu penuh pertimbangan supaya tidak menyesal nantinya.

    BalasHapus
  2. Wah sat set sat set gini kudu hati-hati ini :((( apalagi kalau baru kenal, takutnya jadi pelampiasan doang.

    BalasHapus

Posting Komentar