Nasabah Bijak, Proteksi Diri dengan Melek Literasi Kejahatan Siber Masa Kini
Daftar Isi
Pilihan paling aman untuk menyimpan gaji bulanan, saya percayakan pada Bank BRI. Hal utama yang saya pertimbangkan adalah biaya administrasi tiap bulan. Sebagai #NasabahBijak hal sekecil itu saya perhitungkan. Maklum, gaji sebagai guru honorer tidak seberapa. Sedangkan pemasukan harus saya plotkan biar bisa belanja, sedekah dan untuk ditabung.
Jaman sekarang bila uang tidak diamankan di rekening, takut cepat habis sebab uang tunai selalu siap sedia di dompet. Itu kalau saya sih. Typikal orang yang enggak mau bawa banyak duit di dompet.
Hal lain yang saya pertimbangkan adalah keamanan uang yang kita simpan. Teknologi berkembang pesat, kejahatan siber kudu diwaspadai. Bermula dari hal kecil contohnya, tiap kali gesek ATM saya pasti mengecek saldo dalam rekening. Kadang, meluangkan waktu ke Bank buat print out buku rekening secara berkala.
Tidak jarang, sayapun beberapa kali mendengar ada teman yang menjadi korban penipuan sampai-sampai uang tabungan dalam rekeningnya habis karena di tipu sama pelaku jahat. Adakah yang pernah mengalami hal serupa?
Kejahatan siber semakin hari terus berkembang cara menipunya. Sebagai masyarakat awam, melek literasi terkait kejahatan siber adalah sebuah solusi. Sebagai upaya memproteksi diri dari tindak kejahatan siber. Salah satunya, memahami modus penipuan yang kian marak terjadi yaitu social engineering.
Social engineering, ialah tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku untuk mengelabuhi korban dengan cara mempengaruhi psikologis seseorang agar merasa khawatir dan berujung calon korban memberikan data pribadi kepada pelaku tersebut.
Biasanya, kejahatan ini kerap sekali terjadi secara online, walau pada dasarnya secara tatap muka pun ada. Apapun caranya, tetap bersikaplah waspada. Mungkin teman-teman secara tidak sadar ketika ada transaksi gaib, klik link sembarang, menerima telpon dari nomor yang mengaku pihak nasabah bank dan lain sebagainya jangan terburu senang, pun jangan heboh saat meresponnya.
Ingat, jangan mudah percaya akan informasi yang bukan dari sumber utamanya, yakni pihak Bank itu sendiri. Pada paragraf berikutnya, saya akan menguraikan secara gamblang modus penipuan online yang wajib diwaspadai oleh teman-teman, supaya tidak banyak lagi korban berikutnya dengan aduan yang hampir sama.
Penting sekali kita sebagai warga negara Indonesia untuk melek literasi akan informasi kejahatan online dalam bentuk apapun yang mana hal itu sangat merugikan orang lain. Kalau cuma kehilangan uang sepuluh ribu sih mengikhlaskan. Tapi, jika uang yang dicuri senilai ratusan juta kan nyesek. Ya nggak ?
Pengalaman Pahit, Lisa Terkena Modus Penipuan (Cyber crime)
"Ya Allah, saya butuh uang 10 juta untuk biaya nikah ya Rab. Andai dalam waktu dekat saya memegang uang sejumlah itu". Batin Lisa dalam hati.
Siang hari dia termenung di depan televisi. Memikirkan persiapan pernikahannya yang masih ada waktu dua bulan lagi. Tapi, dana yang dia miliki masih kurang 5 juta.
Tiba-tiba, gawainya berdering. Bergegas, Lisa mengangkat telepon genggamnya. Dia beranjak dari tempat nonton televisi menuju kamar tidurnya.
"Assalamualaikum Bu. Minal Aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin ya Bu"
Sangat jelas, obrolan dalam panggilan tersebut, diawali dengan suara menyenangkan.
Seorang lelaki tak dikenal mengucapkan permohonan maaf dan memberikan info kepada Lisa bahwa dirinya menang undian senilai 10 juta rupiah sebagai nasabah Bank BRI. Seketika, Lisapun meyakinkan diri, apakah benar dirinya yang menjadi pemenang undian itu?.
Obrolan berlangsung cukup lama. Hingga pada suatu kesempatan, lelaki itu meminta nomor rekening untuk pengiriman hadiah. Dengan polosnya, Lisa menjawab bahwa semua kartu ATM dan KTPnya tertinggal di kosnya. Pada kenyataannya memang begitu.
Lelaki itu terus mendesak agar Lisa memenuhi permintaannya. Karena hati Lisa waktu itu sedang galau, bodohnya dia menuruti kemauan lelaki itu dengan mudahnya. Mencoba dan berusaha pinjam kartu ATM kakak kandungnya. Qodarulloh, Kakak Lisa bukannya membantu tapi malah mengolok-oloknya.
"Dasar bodoh, begitu kok dituruti. Paling-paling orang itu mau menipu kamu"
Anehnya, Lisa tetap mendesak kakaknya untuk meminjamkan kartu ATM. Setelah dapat pinjaman ATM, Lisa memberitahu lelaki itu. Bahwa ATM kakaknya kosong,tidak ada ATM lain. Mau ke ATM juga jauh. Lisapun mengakhiri telpon tersebut. Mengikhlaskan uang 10 juta itu gagal di klaim olehnya. Justru mengambil tindakan itu, adalah hal yang benar.
Selang beberapa menit, usai merespon panggilan lelaki itu Lisa tersadar. Jika tadi benar-benar mengikuti kemauan lelaki itu, bisa jadi Lisa kehilangan uang tabungan yang mau dibuatnya untuk menikah. Bakal jengkel, menyesal, marah dan campur aduk lah . Ruginya bakal double. Huft.
Untungnya kartu ATM dan semua surat penting Lisa tertinggal di kos. Lega rasanya, sayapun turut senang. Lisa berhasil melalui rayuan lelaki tak dikenal yang mencoba merampas duitnya di rekening.
Mungkin, itu pertanda bahwa kejahatan siber begitu dekat dengan kehidupan kita. Maka dari itu, teman bloger dan siapapun wajib tahu kejahatan siber itu modusnya seperti apa dan bagaimana.
Waspada, Kenali Macam Kejahatan Siber dan Cara Menipunya
Entah berapa kali saya hendak ketipu oleh oknum jahat kasus kejahatan siber. Biasanya, mereka menggunakan modus dapat hadiah dari instansi A yang kemudian menggiring calon korban segera mengklaim hadiahnya.
Polosnya diriku, yang waktu itu masih sering mengangkat telpon dari nomor tak dikenal. Seakan menjadi incaran manis oleh mereka untuk menjalankan aksinya. Sekarang, sudah kebal. Pasti saya abaikan bila ada nomor baru yang masuk dan melakukan panggilan. Kalaupun saya angkat telponnya, itupun saya merespon dengan nada ketus bahkan membuat orang tersebut jengkel. Hehehe, ya begitulah diriku. Biar mereka kapok.
Parahnya, pernah juga saya biarkan orang tersebut ngobrol sendiri dan saya tinggal mengajar. Lah, saat saya di kelas memberikan materi tahu-tahu ada panggilan masuk. Alhasil, saya respon tapi kubiarkan dia ngobrol sendiri. Dianya marah ☺
Hal lain, biasanya modus kejahatan siber berawal dari broadcast SMS yang masuk ke nomor ponsel kita. Isinya memang menggiurkan, tapi ya itu biasanya berupa jebakan. Waspadalah.
Modus penipuan lain yang kerap saya temui sering sekali ada link yang disebar di beberapa grup dan ujung-ujungnya berupa ajakan untuk mengisi form agar orang yang mengklik mengisi biodata diri. Kalau saya, pasti kuabaikan. Saya anggap itu informasi enggak penting.
Pernah juga ketika mengikuti even giveaway di Instagram. Ada akun duplikat yang sama persis dengan akun penyelenggara. Saat akun saya difollow, agak curiga. Baru selesai menyelesaikan misi kok akun penyelenggara memfollow akun saya. Lah, enggak sengaja sayapun percaya.
Ketika esok harinya dinobatkan menjadi salah satu pemenang, saya diarahkan untuk mengisi form dari link yang beliau DM ke saya. Padahal, event giveaway tersebut masih berlangsung. Saya lupa mengecek kebenaran akunnya. Cuma melihat foto profilnya sudah percaya saja.
Hampir saya terjerumus dalam penipuan, setelah kupahami isi form dari link yang dibagikan, ealah ternyata modus penipuan. Karena isinya menyangkut data pribadi. Seketika, saya blokir akunnya. Pun tidak melanjutkan pengisian data pribadi yang diminta.
Beberapa modus penipuan seperti itu wajib diwaspadai. Pasalnya, bila diri kita tidak tegas untuk memutus aksinya, bisa jadi kitalah yang menjadi korbannya. Mereka tentu lebih kreatif dalam mengelabuhi calon korban. Bahkan mereka juga pasti mengincar akun kita untuk dijadikan referensi sebelum bertindak. Termasuk, ketika mencantumkan nomor WhatsApp di media sosial, ya harus siap menghadapi tantangannya.
Nasabah Bijak Tetap Tenang dan Jangan Overthinking
Bank BRI ini kerap nasabahnya ada yang menjadi korban kejahatan siber. Walau pada kenyataannya industri yang menjadi incaran terbanyak atas oknum penipuan adalah bidang finance, Bank BRI terutama, tidak perlu juga overthinking. Bukan berarti kita menutup diri untuk tidak percaya pada pemegang uang nasabah Bank usai kejadian itu. Justru hal tersebut menjadi perhatian bersama.
Saya yakin, pihak bank BRI telah berupaya kuat untuk membantu nasabahnya pulih usai kehilangan uang tabungan dalam rekeningnya. Sebab bukan hanya nasabah saja yang dirugikan, tindak pidana kejahatan siber oleh orang tak bertanggungjawab itu telah mencemarkan nama baik pihak Bank BRI.
Saat ini Bank BRI terus menggencarkan kegiatan penyuluh digital dengan menggandeng semua pihak agar masyarakat lebih teredukasi. Terlebih untuk nasabah BRI akan terus mendapatkan pendampingan dalam layanan digital sehingga selama bertransaksi bisa dilakukan secara aman dan terhindar dari kejahatan siber.
Berdasar databoks katadata.co.id, lembaga industri keuangan masuk dalam urutan nomor satu yang mana, data pelanggannya sering mendapatkan incaran para pelaku cyber crime. Indonesia sendiri merupakan peringkat ke enam di Asia tenggara dan peringkat ke 83 secara global dari 160 negara yang telah di survey.
Butuh kerjasama bersama untuk memberantas kejahatan siber yang terus berkembang. Oleh sebab itu aturan hukum juga harus kuat. Pasalnya, ruang gerak para pelaku penipuankejahatan siber terus mendesak keadaan. Mereka tak punya hati dan tidak pernah memandang kondisi calon korban. Nyatanya dari tahun ke tahun cyber crime angka prosentasenya kian meningkat. Apalagi di masa pandemi. Cari pekerjaan susah, pengangguran meningkat kejahatan siber semakin membludak. Wajar bila lima tahun terakhir kasus kejahatan siber terus merebak.
Bila hukum kuat, pemangku kebijakan serta praktisi bersikap jujur dalam menegakkan keadilan menggandeng beberapa lembaga terkait yang dengan sangat berhati-hati menjaga kerahasiaan data pelanggannya otomatis membuat ruang gerak pelaku kejahatan siber bisa di tekan. Termasuk menegaskan kembali undang-undang yang berlaku serta memberikan kemudahan kepada korban untuk melakukan proses pengaduan yang ramah baik secara offline maupun online.
Berkaitan akan hal itu, teman bloger dan siapapun yang membaca artikel saya wajib waspada bila ada perintah atau notifikasi melalui ponsel yang cenderung mencurigakan.
"BRI tidak pernah meminta data pribadi nasabah, termasuk untuk pengkinian data melalui SMS, telepon, e-mail maupun media sosial," (Sekretaris Perusahaan BRI Hari Siaga Amijarso)
Pahami, bahwa pihak Bank tidak mungkin melakukan penawaran atau telpon secara ilegal. Apapun programnya dan masalahnya pihak Bank pasti menyelesaikan itu di kantornya. Nah, teman bloger juga harus paham akan informasi ini. Termasuk mengetahui nomor trusted dari pihak Bank, akun media sosial terpercaya, email dan website resminya.
Pelaku Kejahatan Siber, Tidak Hanya Mengincar Nasabahnya Saja
Saya mendapati pengalaman menjengkelkan bulan agustus lalu. Ketika mengikuti akun Bank BRI di instagramnya, selang beberapa menit ada akun bodong yang DM. Foto profilnya sama dengan akun Bank BRI (yang trusted). Intinya, bila ada sesuatu yang ingin ditanyakan terkait program sebagai nasabah bisa DM.
Tidak lama, akun tersebut misscall ke nomor WhatsApp saya. Karena nomor tak dikenal, otomatis saya abaikan. Selang beberapa menit kemudian, ada yang mengaku dari pihak BRI mo yang menawarkan biaya administrasi Rp 150.000 per bulan. Dengan penekanan pada kalimat akhir, bila tidak setuju harap merespon pesan tersebut. Saya diamkan saja dan hanya sekedar membaca pesannya.
Beberapa jam kemudian, nomor tersebut mencoba mendesak saya lagi untuk merespon pesannya dengan japri ulang. Dengan santai, saya balas tapi dengan pesan yang cukup memantiknya agar stop tidak melanjutkan misinya. Eh, malah saya dikirimi pesan yang mengarahkan saya untuk mengisi data bila tidak setuju dengan perubahan biaya administrasi bulanan tersebut. Usai membalas lagi pesannya, saya blokir nomornya. Sadis ya, diriku, kwkkwkkwk
Menurutku, bila tidak dibegitukan orang itu akan terus mendesak saya untuk merespon apa yang dia mau. Ya, saya kerjain balik lah, biar kapok menghubungi saya. Heeee
Menjadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri Dari Kejahatan Siber
Setiap manusia berhak melakukan perlawanan. Kalau saya seperti itu sih, merespon pesannya dan ngata-ngatain ke orangnya biar dia tidak usil. Kalau misal orangnya telpon terus, saya biarkan. Mau dia telpon secara berkala pasti bakal saya abaikan juga. Meski menggunakan nomor yang berbeda-beda, tetap saya cuekin.
Jika benar-benar penting, saya rasa orang yang baik akan japri dengan kalimat yang menyenangkan, bukan menyebalkan. Dan, saya juga akan memastikan nomor yang digunakan bertanda biru atau tidak.
Sebagai #NasabahBijak, tentu tak ingin dong sebagai tuan yang memiliki hak penuh atas uang yang kita simpan, dengan mudahnya mau diambil orang. Jelas, tidak ikhlas.
Berkaitan akan hal itu, bila ada tawaran program dari pihak Bank saya juga akan memastikan betul bagaimana syarat dan ketentuan programnya. Termasuk benefit yang bisa kita manfaatkan untuk menunjang masa depan.
Mengelola keuangan, sangat amat penting untuk dipahami bagi setiap orang. Terlebih seorang ibu rumah tangga. Saat BBM naik, contohnya. Bahan pangan pasti bakal naik.
Sebagai ibu bekerja, saya memiliki pos-pos keuangan. Uang belanja kebutuhan sehari-hari, uang sedekah untuk orangtua, uang darurat, tabungan dan dana asuransi. Prinsip dalam hidup saya, menghindari yang namanya hutang. Lebih baik prihatin sedikit ketimbang gaya hidup mewah tapi hutang dimana-mana. Sebagai seorang ibu, turut membiasakan diri untuk memahami pemasukan sendiri. Sehingga pengeluaran pun bisa dicermati agar apa yang tidak masuk list kebutuhan penting, bisa direalisasikan asal tidak menggangu dana yang sudah terplotkan setiap bulan.
Sebagai seorang guru honorer, saya terus bekerja keras agar apa yang telah direncanakan bersama suami membawa keberkahan dalam hidup.
Berkaitan akan hal itu, penting sekali sebagai #NasabahBijak memiliki keamanan data pribadi termasuk melakukan double keamanan supaya modus kejahatan online tak mendekati kita.
Cegah Kejahatan Siber dengan Cara Berikut :
1. Tidak membagikan kode OTP ke siapapun
Tak memandang kamu siapa, pelaku kejahatan siber terus berkreasi untuk melakukan kejahatannya. Maka jangan sekali-kali memberikan kode OTP, nomor pin ATM, kartu debet dengan alasan apapun. Jangan mudah berbaik hati, terlebih dalam melakukan transaksi online. Pastikan ada hal yang tidak menganggap selama proses pembelian maupun pembayaran.
2. Tidak mengklik sembarang link
Nah, ada kalanya belajar bersikap cuek dalam bermedia sosial. Jangan mengklik link tautan apapun. Terlebih dari orang yang tidak di kenal. Abaikan saja.
3. Lakukan otentifikasi secara double
Ini bisa teman-teman lakukan agar keamanan data kita tetap terjaga. Berikan otentifikasi double untuk menghindari orang jahat yang hendak menjebol akun kita.
4. Menyimpan nomor aduan penting
Pada dasarnya, pemerintah juga telah bersedia untuk menerima laporan dari korban kejahatan online. Ada beberapa laman resmi dari Kemenkominfo untuk memfasilitasi para korban. Teman-teman bisa memilih salah satu mana yang paling mudah dan cepat merespon aduan kita. Seperti layanan kominfo.go.id, Lapor.go.id dan cekrekening.id. Bisa juga melapor secara offline dengan datang langsung ke kantor polisi. Tentunya dengan membawa bukti fisik, rekaman, foto maupun screenshotan percakapan. Termasuk melaporkan nomor telpon pelaku, akun media sosialnya.
5. Cek secara berkala rekening anda
Bisa juga teman-teman mencatat sendiri dalam buku khusus atau mencetak jumlah uang yang disimpan di rekening dengan mengunjungi Banknya. Pastikan bila teman-teman mengeceknya lewat aplikasi mobile, pastikan untuk log out bila sudah tidak lagi melakukan transaksi/pengecekan. Dikhawatirkan bila teman-teman saat mengakses menggunakan WiFi gratisan ( tempat umum) ada oknum usil yang mencoba memanfaatkan momen tersebut.
Penutup
Pada dasarnya, ini adalah tugas bersama. Melek literasi kejahatan siber adalah solusi utama untuk mencegah aksinya. Bukan hanya nasabah Banknya saja, melainkan siapapun kamu juga harus mengetahui modus penipuan yang kian hari semakin marak.
Edukasi terkait proteksi diri dari tindak kejahatan siber harus terus digencarkan. Yuk, menjadi bagian dari penyuluh digital dan saling bergandeng tangan. Saling mengingatkan manakala ada orang sekitar kita yang belum paham informasi ini, bersama kita informasikan secara bijak agar semua terlindungi.
Demi mencapai Indonesia yang memiliki keamanan data pelanggan yang dapat dipercaya, adaptasi literasi digital, luaskan wawasan kejahatan siber sebagai bekal untuk mempersempit ruang gerak pelaku kejahatan siber semakin kecil dan musnah.
Referensi Pendukung
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/07/keamanan-siber-indonesia-peringkat-ke-6-di-asia-tenggara
https://layanan.kominfo.go.id/microsite/aduan-brti
https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/market/20220531105954-17-343151/bri-optimalkan-peran-penyuluh-digital-ini-tugasnya/amp
https://www.google.com/amp/s/www.orami.co.id/magazine/amp/cara-melaporkan-penipuan-online
http://www.nasabahbijak.id/
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/07/keamanan-siber-indonesia-peringkat-ke-6-di-asia-tenggara
https://bisnis.tempo.co/read/834612/bri-minta-nasabah-waspadai-cyber-crime
Dapat kontak kita dr mana ya? Memang sih kita harus waspada setiap saat apalagi menerima tlp dr org tak dikenal.. Smoga kita djauhkan dr kejahatan siber dan lainnya yaa.. Aamiin..
Di jaman semua serba lewat internet kayak gini, melindungi diri dari soceng jadi hal yang penting. Soalnya, di US aja, semua akun bank bisa diakses cukup ngasih nomor HP aja. Jadi ya, sebahaya itu buat orang sampai tahu nomor HP, alamat, dan tanggal lahir. Menjadi #NasabahBijak adalah kewajiban bagi semua orang!