√Suka Duka Ibu Bekerja Meninggalkan Anak Di Tempat Penitipan

Suka Duka Ibu Bekerja Meninggalkan Anak Di Tempat Penitipan

1 komentar

Suka Duka Ibu Bekerja Meninggalkan Anak Di Tempat Penitipan

Aku merasa, hari-hariku harus lebih bermakna. Mengingat dua bulan ini butuh effort banget memperhatikan mas Andra biar emosinya lebih matang dalam bersikap. 

Dia masih suka tantrum, terutama kalau diajak kerjasama buat stay di daycare saat saya bekerja. Suami pindah kerja, Andra tambah manja. Mungkin dia merasa kehilangan orang yang disayangi semakin jauh karena tiap hari tak bisa bertemu.

Sama halnya denganku, Senin sampai Jumat jadi single parents. Hhe, lumayan menguras hati ya. Karena saya harus lebih pintar membagi waktu lagi dari sebelumnya. 

Sangat menantang, karena jam belajar di sekolah sudah mulai normal sedangkan sayapun butuh waktu me time untuk mengurus blog. 

Kayaknya butuh di tata ulang deh ya perkara membagi waktu. Sebab itu, saya mulai melakukan evaluasi diri untuk berbenah diri. Pendek kata, lebih intens lagi dalam menulis jurnal anak.

Kali ini saya mau menuliskan sederet curhatan yang cukup menguras energi saat membersamai si kecil Andra. Ada beberapa fitrah anak yang mau saya kembalikan seperti yang sudah tercatat.

Bangun pagi adalah fitrah anak

Sudah dari sananya, kenapa bayi pasti bangun saat azan subuh?. Dan ternyata ini adalah fitrah anak. Allah mensetting sedemikian rupa agar orangtua faham. Namun, saya seringnya menggiring anak buat balik tidur lagi. Biar bisa merampungkan tugas domestik.

Kacaunya, kalau anak sudah masuk usia sekolah pasti akan terasa. Anak sekolah butuh bangun pagi, sedangkan kondisi saat ini Andra masih belum bisa.

Bahkan pernah tuh, saat saya masih fulltimemom jam tidurnya berantakan. Masih teringat banget saat Andra usia dua tahunan dan pasca sapih. Siang jadi malam, malampun jadi siang.

Nah, dari buku enlightening parenting yang saya baca disana ada kisah nyata seorang ibu yang berusaha mengalihkan fitrah anak bangun pagi. Jujur, ngena banget usaha kerasa yang mereka lalui. Dan saya belum berhasil melakukan itu.

Saat ini, saya baru berusaha mengatur jam tidur anak. Diusahakan jam 10 malam, maksimal anak harus sudah tidur. Yang seharusnya secara hitungan, jam 9 adalah batas maksimal. Supaya jam 5 pagi bisa bangun. Karena anak usia 3+ butuh jam tidur 8-9 jam.

Anak Mulai Tidur Terpisah Sama Orangtua

Poin ini sebenarnya dadakan. Masuk resolusi tahun ini saat suami memberikan ultimatum bahwa Andra jangan di keloni terus saat tidur. Biasakan terpisah mulai dari sekarang, biar dia bisa mandiri sejak dini.

Deg, sampai saya mengulang pernyataan suami untuk memastikan apakah benar yang dimaksud. He, saat malam itu juga saya langsung mengikuti perintahnya.

Bagaimana Perkembangan Anak Saat Di tinggal Kerja Ibu Bapaknya ?

Saya pernah menuliskan masa adaptasi mas Andra awal dia masuk daycare. Tempat terbaik untuknya saat kami sebagai orangtua bekerja. Butuh waktu tiga bulan dia bisa bilang say good by dan hati-hati di jalan ya bunda. 

Pada intinya, dia sudah mulai betah di daycare. Tidak seperti awal saat dia mengenal daycare, tiap saya pamit i pasti nangis. Sekarang balik lagi mengulang hal yang sama. Karena Desember lalu, suami pindah kerja dan sayapun bekerja. Mungkin perasaan dia merasa kesepian, orang yang paling dekat dengannya meninggalkan sementara.

Andra selalu protes saat saya mengajaknya berangkat ke sekolah. Selalu menolak dengan dalih yang selalu gonta-ganti. Ada saja alasan yang dimunculkan setiap hari. Sebab itu, dua Minggu terakhir ini saya sedang melakukan riset tentang perasaannya.

Karena Desember lalu, saya libur sekolah jadi lebih aman. Masih bisa handle dia saat tantrum dan menolak sekolah. Januari ini, sekolah sudah mulai aktif, jadi saya memutar otak supaya saat saya hendak pergi bekerja bisa dengan tenang menitipkan mas Andra di daycare. 

Januari, Minggu Pertama: Kondisi Mas Andra Saat Ditinggal Kerja 

Setiap hari efektif tidak bisa diprediksi. Setiap kali saya niat berangkat pagi, pasti membuat deg-degan. Kalau mas Andra masih tidur saat saya mau berangkat, ya dia ku gendong. Kalau melek ya, saya berusaha mengembalikan mood dia biar senang.

Memastikan perutnya terisi walau hanya dengan roti atau camilan lainnya. Nyanyi sepanjang perjalanan, atau mengajaknya mengobrol. Biar moodnya terbentuk, dan dia happy. Sekalian sounding ini dan itu.

Yang pasti, saya menghindari untuk berbohong walaupun diawal cukup berat. Butuh waktu yang lumayan lama saat saya berusaha membangun good mood nya di pagi hari. 

Jadi, saya sering check lock dulu di sekolah setelahnya fokus membangun good mood anak biar dia mau ditinggal kerja tanpa nangis. 

Catatan Minggu pertama bulan Januari, ada peningkatan sedikit. Masih bisa di bujuk dengan role playing walau dia masih protes kenapa harus sekolah. 

Pernyataan bahwa " bunda sayang sama mas Andra. Ayahpun sayang sama mas Andra". Statement inilah yang sering saya sampaikan ke dia. Dan pasti responnya manggut-manggut, kalau tidak ya dia tersenyum lebar.

Kalau mengikuti hati tidak tega, pasti saya yang kalah. Jadi saya berusaha untuk tetap tegar dan tegas saat saya hendak terbawa suasana. Entah itu marah, maupun sedih karena kondisinya begini.

Minggu kedua bulan januari, usaha untuk membuat mas andra nyaman tidur sendiri di kamar tetap berlanjut. Biasanya, saya memang mengatur kondisi dan waktu agar sesuai dengan ekspektasi saya. Membatasi nonton video saat mau tidur, dengan mensetting alarm maksimal pukul 21.00. Saat jam beker berbunyi, aktivitas yang melibatkan handphone berhenti.

Alhamdulillah, dia faham dan sepakat. Untuk membaca nyaring sebelum tidur, ini masih sering saya biasakan. Kadang, dia tidak mau diajak membaca buku, oke sayapun tidak memaksa. Yang jelas ada aktivitas bonding dengan anak agar kegiatan sebelum tidur lebih berkesan. Kadang, saat dia tidak mau digiring buat bobok, ya dia main dulu. Dan ini yang masih PR besar.

So far, sebagai orangtua yang telah memberlakukan aturan dan harus disepakati bersama. Orangtua tegas, anakpun akan faham aturan main yang kita sepakati bareng anak. Jika lengah, anak pun bisa mengambil peluang untuk menawar, dan tidak patuh pada aturan yang berlaku.

Minggu ketiga, qodarulloah kami harus mudik ke pati karena mbah kakung mas andra meninggal. Untuk aturan bobo sendiri dan main gadget jadi terbengkalai. Namun, uuntuk tantrum saat mau ku ajak ke sekolahnya kembali normal. Dia mulai faham bahwa tempat terbaik saat ibu dan bapaknya bekerja adalah di daycare. Bermain dan belajar bersama teman-temannya.

Terimakasih yang sudah berkunjung. Barangkali ada yang mengalami hal sama, suka duka ibu bekerja meninggalkan anak di tempat penitipan ? Saling menguatkan ya mom ☺️

Related Posts

1 komentar

  1. mba i feel you, aku pernah mengalami ini di anak pertama. ninggalin anak dengan pengasuhnya sejak usia 3 bulan krn sudah harus kembali kerja, lalu diusia 6 bulan anakku sudah aku sering tinggal dinas keluar kota. akhirnya di usia 3 tahun anakku mulai masuk daycare, campur aduk perasaannya tiap kali ninggalin tapi alhamdullilah sampai sekarang milih daycare gak menyesal malah jadi pengalaman tersendiri buat anaknya

    BalasHapus

Posting Komentar