Buah Manis Berpetualang di Hutan Joyoboyo

Buah Manis Berpetualang di Hutan Joyoboyo

Daftar Isi

buah manis berpetualang di hutan joyoboyo

“Bunda, aku mau ke Hutan Joyoboyo!”
“kan, minggu lalu sudah kesana?”
“Aku bosan di rumah terus. Aku mau main ditemani bunda ke Hutan Joyoboyo”

Rengekan anak lanang kian menjadi. Sabtu pagi, saat saya libur kerja ditodong anak lanang untuk menemaninya bermain.

Apa mau dikata. Usai menyelesaikan pekerjaan rumah, langsung cuss ke Hutan Joyoboyo.Hutan tengah kota yang sering menjadi tujuan saya dan anak bermain riang gembira.

Anak lanang memang asyik orangnya. Ketika memiliki kemauan, pasti maunya segera dituruti. Kadang membuat saya jengkel bahkan marah tanpa aba-aba. Gemesh begitu. Bahkan saya juga berpikir bagaimana nanti dewasanya? Keras kepalanya itu hlo.

Sisi baiknya. Seringnya membuat saya terharu dan bertanya-tanya. Hingga melafalkan kalimat syukur. Anakku bisa se-peduli itu dengan lingkungan di sekitarnya. Nanti bakal saya ceritakan apa yang saya maksud.

Atas dasar itulah, dengan karakter anak yang cenderung kaku dan keras kepala. Saya dan suami mencoba untuk menajamkan beberapa sisi baiknya untuk menutupi kekurangan dalam diri anak. Kami juga bercermin kok, karena sifat dan karakter tersebut juga bagian dari turunan orangtuanya. Hehehe

Proses Pembentukan Karakter

Lingkungan

Proses pembentukan karakter butuh waktu. Menciptakan lingkungan yang baik selama 24 jam akan menghasilkan pemikiran dan rekaman yang bisa di rekam anak. Baik dalam hitungan detik maupun dalam kurun waktu tahunan. Maka, menciptakan lingkungan yang baik bermula dari rumah adalah penentu, bagaimana nantinya anak akan merespon suatu hal.

Pada dasarnya, manusia akan menunjukkan perilaku berbeda pada lingkungan yang berbeda pula. Apalagi anak lanang ini typenya copy-paste. Mudah meniru dan akan diingat terus kesan pertama yang pernah dia dapat/rasakan. Jadi, saya harus benar-benar bisa menghadirkan lingkungan yang mendukung untuk proses tumbuh kembangnya.

Perilaku

Kemampuan mencermati perilaku anak, dari hasil merekam dari lingkungan yang ditiru harus benar-benar saya perhatikan. Area ini cukup krusial. Sebab, jika terlambat mengenali perilaku yang tidak baik, hal itu bisa menjadi cakap untuk dilakukannya. Meski, perilaku diusia ini masih tergolong stabil dan masih bisa dihentikan. Saya tetap was-was.

Kapabilitas

Menjadi cakap karena adanya pengulangan setiap hari. Bisa juga karena mendapatkan penguatan dari lingkungan sekitar. Gampang-gampang susah ya, membentuk kecakapan dari proses pembentukan karakter anak itu. Banyak sisi yang harus diperhatikan. Bismillah, semoga mampu.

Nilai-nilai dan keyakinan

Ketika sebuah kecakapan menemukan alasan mengapa perlu dilakukan, maka hal itu akan menjadi sebuah penguatan. Seringkali anak lanang menyampaikan informasi dari gurunya soal A (misalnya). “Bunda, bu guru bilang kalau belajar di rumah nanti dapat bintang”.

Jadi, pesan yang disampaikan gurunya selalu diingat dan dilafalkan. Pada area ini, justru menjadi momen empuk untuk bisa mengajak anak mengulang aktivitas baik yang sudah anak dapatkan sebelumnya.

Identitas

Saya mulai menyadari beberapa sisi negatif anak. Tapi, saya juga harus mengerem labeling yang sering muncul seketika saat emosional. Karena saya percaya bahwa ucapan adalah doa, ketika ngomel-ngomel saya berusaha mengucapkan yang baik-baik saja. Supaya apa yang saya ucapkan tertanam baik dari alam bawah sadarnya.

Spiritual

Untuk memahamkan anak bahwa apa-apa yang dilakukan adalah semata karena allah . Jangan pernah lelah untuk menanamkan keyakinan dan membentuk perilaku anak sampai dia benar-benar memahaminya dan ikhlas melakukan. Untuk apa dan siapa perilakunya.

Sekarang, balik lagi pada cerita anak lanang yang minta ditemani bermain di Hutan Joyoboyo

Menciptakan Keseruan Bersama Anak

Pagi itu, ketika di sebuah hutan tengah kota, Hutan Joyoboyo. Saya dan anak lanang melangkahkan kaki menuju arena bermain yang terdapat di dalam Hutan Joyoboyo.

Sambil bernyanyi riang gembira, saya membuntuti anak lanang dari belakang. “ Ayo bunda, nyanyi naik kereta api!, pintanya”. Jika saya tak menuruti kemauannya, anak lanang pasti protes. Jadi, saya juga mengikuti arahannya untuk berjalan menyusuri tangga layang sambil bernyanyi.

jembatan layang hutan joyoboyo
dokumentasi pribadi 

Menyusuri jalan yang kami lewati, kerap mengundang banyak pertanyaan yang keluar dari mulut anak lanang. Bahkan, kalimat pemberitahuan atas apa yang dia ketahui, selalu saya respon positif.

Macam jagoan cilik yang memandu pengunjung. Disuguhi ragam informasi destinasi yang dituju. Saya menyimak segala hal yang anak sampaikan.

Seru memang. Menemani anak mengesklpore apa yang ingin dia ketahui. Membuat kegiatan bermain menjadi hidup. Bahkan, sarang burung yang ada diatas pohon saja bisa menjadi bahan obrolan menarik antara saya dan anak.

Menghadirkan cerita akan keesaan Tuhan. Menceritakan bagaimana burung bertahan hidup hingga berkembang biak menjadi banyak.

Itulah kenapa, bermain ke taman kota menjadi tempat menarik yang sering kami kunjungi.

Menumbuhkan Kepekaan dengan Berpetualang

Bukan hanya berjejer pepohonan yang bisa kita nikmati suasananya. Udara segar, arena bermain serta luasnya hutan menjadi tempat apik bagi kami menciptakan keseruan sekaligus menumbuhkan kepekaan dengan berpetualang. Petualangan ala kami, bermain sepuasnya di hutan luas tengah kota yang jaraknya tidak jauh dari rumah.

Sejak anak lanang masih kecil, taman kota selalu menjadi tempat favorit yang kami kunjungi. Selain murah meriah, banyak sisi positif yang kami rasakan.

Salah satunya, menumbuhkan kepekaan kepada anak sekaligus orangtua. Semacam perpetualang. 

Meski ini bukan kali pertama melakukan kegiatan di alam. saya mulai mencermati beberapa karakter anak yang perlahan bisa saya nilai sisi baiknya. Jika dibanding usia sebelumnya, jauh lebih baik dan ada perkembangan. 

Anak lanang lebih berani menjajal beberapa wahana yang ada di Hutan Joyoboyo. Bisa bercerita lebih banyak dari apa yang dia lihat. Bahkan sedikit menganalisis (seumuran usianya). Bisa bergerak lebih leluasa dan lebih mandiri. 

Dengan berpetualang, anak juga akan belajar bagaimana menghadapi tantangan serta menerima resiko yang bakal terjadi. Tak heran, jika anak lanang pernah jatuh dan kakinya terluka. Nangis memang, selebihnya dia jadi tahu resikonya. Jika tak berhati-hati maka tubuhnya akan cidera. 

Semakin bertambah usia, kini anak lanang tampil lebih berani. Nampak sekali, ketika anak lanang berlari menuju arena bermain yang di sukai, saya ketinggalan beberapa langkah membuntutinya dari belakang. Sebab, dia mau main duluan.

buah manis berpetualang di hutan joyoboyo

Bermain Ayunan Bersama

Merasakan bahagia tak terkira bisa main ayunan bareng anak. Mengayunkan kaki, beriringan, membuat ayunan kami bergerak maju-kebelakang. .

Main Petak Umpet

"Hitungan satu sampai sepuluh ya”.
Nanti bunda yang ngumpet!.

Pencarian dimulai. Selang beberapa detik, eh tertawa bersamaan. Maklum, karena ngumpetnya berjarak dekat dan di tempat itu-itu saja. Jadi, seringnya saya ngakak sendiri karena anak lanang tidak pindah tempat kalau ngumpet. Lucu.

Bermain Pasir

Dengan alat seadanya. Kalau menemukan kayu atau sedotan ya diambil. Membuat lubangan air. Menggali pasir, menulis huruf dan biasanya saya Cuma pegang-pegang pasir saja. Demi menemani anak lanang yang serius bermain pasir.

Memanjat Kayu

Arena bermain yang membuat anak lalang mulai berani. Memanjat di atas kayu besar. Awalnya saya mendampingi manjajt bareng sambil bergandengan tangan. Meyakinkan anak lalang kalau kita akan baik-baik saja dan tidak terjatuh. Bersyukur, ketika melakukan hal yang sama, anak lanang sudah berani manjat sendiri. Ya, meski saya masih memegangi dari bawah. Wajar, demi keamanan.

Mengejar Merpati

Hal membahagiakan itu ketika melihat anak lari dengan riang gembira mengejar merpati tanpa mengenal lelah. Saya, hanya memotret dan mengawasi dari kejauhan. Melihat aksinya sungguh, membuat saya bersyukur.

Bermain Ombak

Memegang rantai besi dan bergantian melewati rintangan. “Ayo, ombak datang. Segera menepi agar tidak diterjang badai”. Kalimat yang saya ucapkan berulang kali. Demi menciptakan momen seru bareng anak saat bermain ombak diatas kayu. Anak kegirangan, dong. hahaha

Foto Bersama

Tak jarang pula saya atau anak lanang yang ingin mendokumentasikan momen bersama sebagai rekam jejak. Sebab foto yang tersimpan di galeri HP, cukup ampuh merefresh ingatan anak. Mengulang cerita serta menjadi bahan obrolan menguatkan ketika santai dan duduk bersama.

Misi Menyelamatkan Kumbang Koksi Tanpa Prediksi

Ini yang saya maksud tadi. Catatan penting yang sampai-sampai saya buat postingan di instagram.

Berpetualang di Hutan
Melihat kumbang koksi yang mati dan dikerubungi semut merah besar. Sambil makan camilan, anak lanang bertanya. “bunda, bagaimana menyelamatkan kumbang koksi itu. Kasihan, kita harus menguburnya”.

Sebisa mungkin saya memberikan jawaban yang bisa diterima. Namun, anak lanang bersikeras agar saya membantunya. Bahkan sampai mau pulang, anak lanang masih terfikirkan dengan nasib kumbang koksi yang mati di kerubungi semut merah.

Sebagai ibu, saya terharu. Ketika bermain di alam. Saya belajar banyak dari anak lanang. Meskipun terkadang anak ini kaku dan tidak bisa ditawar ketika punya kemauan. Disitu, saya terharu. Mengetahui sikapnya yang begitu peduli terhadap hewan yang dia lihat saat itu.

Kejadian seperti ini bukan sekali dua kali. Beberapa momen, saya menahan air mata ketika anak lanang bertanya “ Bunda, saya boleh bantu bunda tidak ?.

Jadi teringat sayu. Orang utan yang di lepas di Hutan Kalimantan agar dia dan ibunya bisa menjaga kelestarian alam disana. Namun, karena Ratih dan Syailendra menginginkan hewan langka. Sayu di culik. Sherina, Shadam dan Sindai berusaha membebaskan Sayu.

Mendidik Anak Adalah Bagian Dari Proses

Kita tak pernah tahu perilaku mana yang akan dimunculkan oleh anak dalam setiap kondisi yang berbeda.

Dari awal menjadi ibu. Sekarang, perlahan sadar bahwa terkadang ekspektasi orangtua lebih tinggi. Menuntut anak bisa ini dan itu yang nyatanya, kadang kesempurnaan orangtua menjadikan perfectnya pengasuhan jadi terkesan mengekang.

Membebaskan anak bermain riang gembira, menemaninya bermain dan selalu hadir di setiap waktu. Tetap menjadi impian saya sebagai ibu bekerja.

Rasa bersalah, sering datang silih berganti. Berdalih, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. Mengeluh lelah, karena padatnya tugas dan aktivitas. Sering menunda-nunda menyediakan waktu untuk selalu bersama.

Disitu, ada ego yang harus saya lepaskan. Ada amanah yang harus saya penuhi haknya. Menyediakan waktu sepenuhnya. Untuk menciptakan bonding time bersamanya. Mulai sekarang, saya akan berbenah. Koreksi diri, sebelum anak semakin cepat bertambah usia.

Menyediakan Camilan Manis di Tas

Sedikit cerita, saya adalah ibu bekerja yang keseharian memang seringnya berdua saja sama anak. Suami, pulang seminggu sekali. Meski kondisi demikian, saya berusaha menyiapkan bekal anak sepenuh hati. Dua porsi kotak makan, menyediakan camilan dan lengkap dengan air minumnya setiap pagi.

dokementasi pribadi

Kemanapun perginya. Camilan dan air minum selalu saya bawa untuk jaga-jaga. Bagi saya, menjaga isi perut anak untuk tetap stabil bagi anak lanang adalah suatu keharusan. Maklum, bila lapar, anak protes minta makan/ camilan.

Saya selalu berusaha mengambil hati anak, biasanya juga dengan mneyuguhkan makanan/camilan favoritnya. Saat menemukan camilan yang manis. Ini lidah anak lanang banget.

OREO Wafer

OREO Wafer. Camilan manis, yang bisa mendekatkan saya dengan anak lanang semakin dekat. Usai beraktivitas dan bermain bersama, lelah pastinya. Ngemil bareng, membuat saya dan anak lanang menyatu jadi satu dalam obrolan manis sambil ceki-ceki foto saat melakukan petualangan bersama di Hutan Joyoboyo.
Kamu, masih seperti yang dulu ya, selalu bawa camilan di tas kalau pergi-pergi. Apa masih mama yang selalu menyiapkan ?, tegas Sadam. Ya enggak lah. Nyiapin sendiri, pungkas, Sherina
Penggalan kalimat yang masih saya ingat usai nonton Film Petualangan Sherina 2. Pantas saja, jika film ini menuai keseruan yang kocak. Memorable banget. Mengingat masa kecil Sherina dan Sadam. 

Film yang bikin saya ngakak, berkat humornya. Kadang bikin tegang juga. Namun, berakhir manis. Kolaborasi yang manis antara OREO Wafer dan Petualangan Sherina 2.

Selain kolaborasi OREO Wafer dan Petualangan Sherina 2, terdapat challenge #PetualanganOreoWafer yang bisa teman-teman ikuti. Dengan cara membeli OREO Wafer, teman-teman berkesempatan mendapatkan hadiah. Kirim foto OREO Wafer atau scan barcode untuk mendapatkan nomor undian. Dan tunggu pengumuman hadiahnya.

Semakin banyak membeli OREO Wafer. Mengikuti syarat serta ketentuannya, kesempatan emas untuk mendapatkan handphone , bisa meet and up bareng Sherina dan Sadam serta hadiah lainnya bisa teman-teman doakan mulai sekarang. Siapa tahu beruntung

Untuk lebih jelasnya, bi cek di postingan berikut ya. Jangan sampai terlewat periodenya sampai 31 Oktober 2023 saja. 

Penutup

Saya berharap anak lanang akan selalu teringat dengan kegiatan bersama yang pernah kami lakukan. Makan camilan bersama, berpetualang bersama dan membangun kecerian bersama ditengah kesibukan akan selalu saya upayakan. 

Sebagai wujud menjalin kedekatan dan saling menyatukan emosi. Sekaligus untuk mengurangi stress bagi saya pribadi.

Uang bisa dibeli, tapi kesempatan untuk membersamai anak tidak akan pernah terulang jika tidak diciptakan. Kesibukan yang selalu dituruti tidak akan ada habisnya. Menyediakan waktu penuh untuk sang buah hati, jauh lebih penting untuk menjalin kedekatan bersama anak. Saya yakin, ini akan berbuah manis. Sebab, saya merasakan betul. Kasih sayang yang cukup, membuat anak jadi lebih mudah disentuh. 

Terimakasih OREO Wafer, turut memberikan inspirasi untuk membangun kedekatan saya bersama anak. 


Posting Komentar