Jurnal Ramadhan Anak Balita Tahun 2022, Catatan Bunda Andra
Senang sekali saat menemukan akun Instagram yang sering menyebarkan informasi bab pengasuhan. Gaya bertuturnya natural, tajam isinya dan membuat saya ingin melakukan alias to do it.
Tepatnya sih lupa, kapan saya jatuh cinta pada akun tersebut (senang sama orangnya juga dong, tidak hanya akunnya saja ðŸ¤). Beberapa tim sharingnya konsisten mengedukasi pengikutnya terkait briefing and role playing ala enlightening parenting.
Okina Fitriani, beserta tim yang suka sharing blak-blakan di Instagram membuat saya nagih untuk terus stalking akunnya. Adakah yang sama, follow akun mereka ?
Enlightening Parenting (EP) adalah konsep, prinsip dan metode pengasuhan yang disarikan oleh Okina Fitriani dari Al-Qur’an, Hadist, Sirah, dan Bidang-bidang ilmu Psikologi.
Kapan hari itu saya mendengarkan recording di instagramnya mbak Nuri Aprilia (Salah satu tim sharing (EP). Sharing terkait briefing and role playing, metode yang sering dipraktekkan mbak Nuri dengan Andin (anaknya) di rumah..
Bukan hal baru sih apa yang beliau sampaikan. Kurang lebih beberapa penjelasan yang di sampaikan sudah saya baca di 2 buku enlightening parenting yang terbit. Karena masih penasaran dengan isinya, saya dengarkan ulang rekaman live di Instagram mbak Nuri.
Insight apa saja yang saya dapat ?
Sebentar, saya mau bercerita terlebih dulu terkait pengasuhan saya ke Andra. Jujur, beberapa yang saya baca dari buku enlightening parenting sangat berguna bagi ibu millenial macam saya.
Karena bukunya belum saya baca semua jadi, ya belum sempurna juga dalam praktek. Dan, mendengarkan rekaman live di Instagramnya mbak Nuri adalah bagian dari usaha menajamkan ilmu.
Disini, saya akan bercerita jujur sekaligus menulis jurnal anak bulan April 2022 kemarin. Jurnal puasa ramadhan anak beserta aktivitas bermainnya.
Lalu, apa kaitannya dengan rekaman tadi ? kurang lebih Briefing dan role playing (BRP) ini pun mulai saya terapkan semenjak saya tahu akan ilmu ini. Apakah efektif metode yang sering di sebut dengan julukan BRP ini ?
Iya, sangat efektif
Saya kurang persiapan dalam memberikan briefing ke anak terkait kegiatan apa saja yang orang lakukan di bulan ramadhan. Walhasil, masih perlahan-lahan saya mengenalkan mas Andra bulan ramadhan itu apa.
Caranya Bagaimana ?
Seperti biasanya, saya hanya bercerita panjang dan lebar akan kehadiran ramadhan tahun ini. Mulai dari aktivitas wajib kami sebagai orangtua yaitu puasa, sholat wajib, buka puasa, sahur, tadarus dan sholat tarawih.
Sebagai catatan! Dalam prakteknya, briefing dan role playing tidak boleh dadakan. Mbak Nuri mencontohkan, saat beliau mau ajak Andin ke mall, jauh-jauh hari sudah di BRP. Bagaimana nantinya jika anak bertemu dan melihat burger, es krim, mainan dia tidak tantrum meminta yang dia mau saat itu juga. Prosesnya satu bulan sebelumnya mbak Nuri melakukan BRP dengan Andin. Ibaratnya memberikan sounding dan ada kesepakatan dua arah antara si ibu dan anak.
Masuk akal dan nyata jika di praktekkan. Seringkali saya belajar menggunakan metode BRP ampuh mengatasi tantrum anak. Asal sesuai dengan step yang di bagikan. Nah, apa saja itu ?
Bismillah, jika nanti tidak urut maaf ya. Karena belajarnya tidak langsung bareng Bu Okina dan tim melainkan hanya modal menyimak dari medsos mereka. Pasalnya, pelatihan EP ini waiting listnya ribuan, jika tidak gercep merespon broadcast dari admin training EP akan ketinggalan hanya dalam hitungan menit.
Oke, balik lagi ke pembahasan.
Sebagai ibu, wajib tahu dan peka terhadap kondisi anak. Harus mengetahui apakah anaknya lapar, bad mood, marah dan lain-lain. Sehingga saat kita mau mengajak ke suatu tempat anak tidak rewel atau tantrum.
Pernah suatu ketika, saya memaksakan anak untuk ikut ke pasar saat kondisi anak baru bangun tidur. Tidak bawa Jarit, nekat dengan dalih memburu waktu, dan kondisi perut anak belum kenyang.
Tragedi memalukan terjadi, ketika mengajak Andra ke a********t untuk beli susu dan jajannya. Masalahnya sepele, saya tidak menuruti keinginannya membelikan susu yang dia minta akhirnya Andra mogok di tempat. Marah dan menangis sekencang-kencangnya di pinggir jalan. Andra tantrum dan membuat saya tidak boleh menyalakan motor.
Hal lain, saat saya menjemput Andra pulang sekolah. Minta jajan dan saya kasihnya tidak sesuai ekspektasinya, dia marah besar alias tantrum. Diajak pulang tidak mau, di jelaskan bahwa saya bawanya hanya jajan ini dia tidak terima. Dikasih susu juga tidak mau. Sepanjang jalan menuju pulang ke rumah Andra rewel. Ditambah kondisi lampu merah tersorot panasnya sinar matahari sore. Andra semakin tantrum, sayapun ikut tantrum. Pulang kerja capek, eh anak malah rewel. Nah, saya sempat berhenti banyak kali karena Andra tantrumnya aneh. Saat lampu hijau, dia menyuruh berhenti. Saat lampu merah, Andra nyuruh jalan. Masha Allah....
Disitu saya pun tambah tantrum. Mencoba menjelaskan ke Andra dia tidak terima. Mungkin bahasa saya tidak masuk ke fikiran Andra. Sampai di lihat banyak orang hlo . Saya berusaha membuat kondisi sedikit aman, tidak mengganggu jalan orang, karena biasanya Andra ini juga nekat menggoyangkan motor sehingga saya kerab mau jatuh karena oleng dibuatnya.
Saya tahu, Andra saat itu kondisinya lapar. Dia kalau lapar memang selalu marah. Beda dengan anak lain, kerab saya melihat sabarnya anak lain saat menunggu ibunya menyajikan hidangan buat anaknya. Saya istigfar, tidak boleh membandingkan, "gumam dalam hati".
Nah, manfaat briefing dan role playing ini berguna banget. Memasukkan segala informasi apapun dan keinginan kita untuk membiasakan sikap baik anak pada kondisi apapun. Dengan garis bawah, harus ada kesepakatan antara dua belah pihak. Jadi,aturan yang dibuat disepakati bersama antara ibu dan anak.
Dilakukan berulang-ulang sampai anak benar-benar faham apa maksud kita, atas kesepakatan berdua. Yang perlu di bold, emosi ibu itu menular. Orangtua harus pandai mengelola emosi dan terus belajar sabar. Karena pada prakteknya memang tidaklah mudah juga tidak sulit.
Ingat fitrah baik anak, bahwa ia lahir sudah membawa fitrah yang telah diturunkan Allah. Sebagai orangtua hanya mengajarkan, meluruskan dan ikut membantu anak mencapai puncaknya untuk di usia Akil baligh nanti dia siap hidup mandiri, penuh kasih sayang dan taat pada Allah serta ajarannya mencapai insan yang bertaqwa.
Secuil kisah tantrum anak, banyak catatan yang saya highlight sebenarnya. Mengingat saya belum khatam bab ini dan masih terus belajar memperbaiki.
Hal lain, bab BRP bulan ramadhan ke anak masih berlanjut ya. Catatan juga after ramadhan juga wajib BRP lagi. Pasalnya Andra susah berjabat tangan saat merayakan idul Fitri untuk silaturahim ke saudara. Mau jabat tangannya hanya saat di kasih THR.
Saat puasa karena tidak makan dan minum, Andra sering bertanya ke saya. Kok bunda tidak makan , mbok ya mau makan bareng mas Andra, kurang lebih protesnya begitu. Sampai dia bilang " Yo wis, sambil meletakkan sendoknya dan hampir mogok makan". Akhirnya saya acting pura-pura makan di depannya dan berlagak memakan makanan tersebut sebagai santapan yang lezat sambil bercerita apapun yang membuat moodnya kembali membaik". Alhamdulillah, cara ini menolong saya 😆.
Saat sholat. Ini yang masih belum berhasil. Sebelum sholat sudah sounding dan buat kesepakatan. Saat bunda sholat tidak naik punggung bunda, tidak narik-narik dan tidak mengganggu (intinya begitu). Lah, kok ya tetap saja dia berulah. Naik punggung saya saat duduk dan sujud. Sering saya menahan rasa sakit karena beban berat mas Andra yang harus saya topang kuat dengan posisi masih dalam rakaat sholat. Tidak jarang pulang saya membatalkan sholat ketika aurat bagian rambut kepala nampak karena mukena di tarik-tarik anak.
Sama juga dengan sholat tarawih di mushola. Dia bersikap sama, dan sering juga masuk ke dalam mukena saya ditambah plosotan di punggung saat saya sujud. Masha Allah, padahal sebelumnya juga sudah BRP.
Statement mbak Nuri yang membuat saya bergetar adalah, tugas kita sebagai orangtua adalah berusaha dengan versi terbaik mengantarkan anak faham akan kewajiban kita di dunia. Allah yang menentukan, jika belum berhasil selama proses jangan menyerah. Teruslah berusaha. Katanya, di EP tidak ada istilah gagal.
Istilah BRP ini ada beberapa yang harus di fahami, sebagai contoh self talk. Kemampuan mengelola emosi diri sendiri untuk setting sabar, mental dan mindset agar kita tidak larut dengan keadaan. Reframe, kemampuan mengubah emosi dan hal negatif dalam menyikapi suatu kejadian. Improvement, kemampuan untuk mempertahankan dan menemukan solusi terbaik atas kondisi yang dialami dan berkembang lebih baik dari sebelumnya.
Banyak catatan dalam satu bulan kemarin. Semoga kedepan bisa lebih baik ya, jujur anak tantrum ini menguras energi dan emosi. Kalau ibunya tantrum ya sudah, selesainya lama.
Hal lain, yang ingin juga saya tulis dalam jurnal anak. Selama Ramadhan ini, Andra tiap pagi mogok pergi ke sekolah. Maunya sama bunda dulu, dan kesalahan saya kurang sabar menghadapi. Intinya ya sama sih, kebutuhan perut dan emosi anak dikondisikan dengan baik.
Semoga catatan receh ini bisa di ambil hikmahnya. Semoga ibu-ibu yang membaca tulisan saya ini lebih baik lagi dalam pengasuhan ke putra-putrinya. Teruslah belajar dan semangat belajar .
Terimakasih anakku. Insha Allah, suatu saat nanti bunda akan menceritakan bahwa bunda belajar konsisten menulis apapun terkait perkembanganmu dengan topik #jurnalanak. Looop you
Referensi Pendukung
Pengalaman pribadi
enlightening parenting.com
Ada trik khusus dan pastinya kesabaran tinggi ya menjadi orangtua.
Jadi keinget ponakan daku, yang mirip juga padahal udah janji gak godain adeknya, eh tetep aja godain adeknya sampe nangis. Huuhu.
Beruntung ke-4 anak saya gak pernah ada yang tantrum berat, apalagi tantrum di luar rumah
Beruntung Mbak Windi punya strategi dan dengan sabar mempraktekan ya?
Semangat terus dalam mendidik anak di usia keemasan ya Mbak. Salah satu fase dan tantangan yang sangat menguji sekali. Meski sejatinya menjadi orang tua belajarnya seumur hidup. Tak pernah ada hentinya.